SUPLEMEN PJJ TANGGAL 24-30 AGUSTUS 2025, 1 KORINTI 11:23-32
LAKON PERSADAN SI BADIA
1 Korinti 11:23-32
(Sakramen)
Pendahuluan
Beberapa waktu yang lalu kita sudah membahas tentang Baptisan, dan pada kesempatan ini kita membahas tentang Perjamuan Kudus (Lakon Persadan Si Badia). Sama seperti Baptisan, Perjamuan kudus adalah salah satu sakramen yang diakui dalam tradisi Protestan. Sakramen ini merupakan tanda dan meterai dari anugerah Allah, yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam persekutuan iman, bukan semata-mata ritual atau simbol kosong. Dalam Perjamuan Kudus, kita tidak hanya mengenang kematian dan kebangkitan Kristus, tetapi juga mengalami kehadiran-Nya secara spiritual dan menerima penguatan iman. Dalam konteks jemaat Korintus, sakramen ini mengalami distorsi makna karena cara mereka merayakannya tidak sesuai dengan kehendak Kristus. Oleh karena itu, Paulus menegur dan membimbing mereka agar memahami dan menghormati makna sejati dari Perjamuan Kudus.
Penjelasan Nas
Jemaat di Korintus hidup dalam masyarakat yang terpecah secara sosial dan ekonomi. Hal ini tercermin dalam perayaan Perjamuan Kudus mereka, yang seringkali tidak mencerminkan kesatuan tubuh Kristus. Dalam 1 Korintus 11, Paulus mengecam praktik jemaat yang merayakan Perjamuan Kudus secara tidak layak: orang-orang kaya makan dan minum berlebihan lebih dahulu, sementara yang miskin datang kemudian dan tidak kebagian. Ini menyalahi hakikat sakramen sebagai persekutuan umat dalam tubuh dan darah Kristus.
Ayat 23-26: Paulus menegaskan bahwa ajaran tentang Perjamuan Kudus berasal dari Tuhan sendiri ("Aku telah menerima dari Tuhan"). Ia mengutip kembali institusi Perjamuan Kudus oleh Yesus pada malam sebelum disalibkan. Roti dan cawan menjadi lambang tubuh dan darah Kristus yang dikorbankan bagi umat manusia. Ini adalah "peringatan" bukan dalam arti nostalgia, tetapi peringatan yang aktual, kehadiran Kristus yang hidup. Setiap kali dirayakan, Perjamuan Kudus memberitakan kematian Kristus sampai Ia datang kembali.
Ayat 27-29: Paulus memperingatkan agar jangan merayakan Perjamuan Kudus "dengan cara yang tidak layak." Ini bukan soal "kesucian pribadi" semata, tetapi tentang sikap hati dan hubungan dengan sesama. Meremehkan tubuh dan darah Tuhan berarti tidak menghargai makna pengorbanan Kristus dan tidak hidup dalam kesatuan sebagai tubuh Kristus.
Ayat 30-32: Paulus menjelaskan akibat dari perayaan Perjamuan Kudus yang tidak layak: banyak yang sakit dan mati secara rohani. Namun, ia juga menekankan bahwa penghakiman Tuhan bertujuan mendidik, bukan menghukum. Maksudnya agar kita bertobat dan tidak turut dihukum bersama dunia.
Aplikasi
Perjamuan Kudus bukan sekadar ritus liturgi, tetapi perjumpaan dengan Kristus yang hidup. Dari nas ini, kita belajar bahwa:
- Perjamuan Kudus mengingatkan kita pada kasih karunia yang mahal.
Setiap kali kita mengambil roti dan anggur, kita diingatkan pada pengorbanan Kristus yang mematahkan kuasa dosa dan membawa pendamaian. Maka Perjamuan Kudus harus dirayakan dengan penuh rasa hormat dan syukur, bukan rutinitas kosong.
- Kesatuan tubuh Kristus harus nyata dalam hidup bersama.
Sama seperti tubuh terdiri dari banyak anggota, demikian juga jemaat harus hidup dalam kasih, keadilan, dan kebersamaan. Perjamuan Kudus menegur kita bila kita masih menyimpan kebencian, diskriminasi, atau ketidakpedulian terhadap sesama.
- Perjamuan Kudus menuntut pemeriksaan diri.
Kita diajak untuk introspeksi dan bertobat sebelum berpartisipasi dalam sakramen ini. Ini bukan soal merasa layak secara moral, tapi kesiapan untuk merendahkan diri dan menyambut anugerah Tuhan.
- Hidup yang dikuduskan harus menjadi buah Perjamuan Kudus.
Kita yang telah mengambil bagian dalam tubuh dan darah Kristus dipanggil untuk hidup dalam terang, dalam pengharapan dan dalam pelayanan kepada sesama sebagai umat tebusan-Nya.
Dengan demikian, 1 Korintus 11:23–32 mengajarkan bahwa Perjamuan Kudus bukan hanya sakramen tentang masa lalu (kematian Kristus), tetapi juga tentang masa kini (kesatuan dan pertobatan) dan masa depan (pengharapan akan kedatangan Kristus kembali). Sakramen ini memperkuat iman dan menyatukan jemaat dalam kasih Allah yang hidup.