Minggu 25 November 2018, Khotbah Yohanes 11:25-26
Invocatio :
Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6)
Bacaan :
Wahyu 7:9-17 (Responsoria)
Tema :
Yesus Sang Pemberi Kehidupan
Pengantar
Pemberian yang paling bernilai tidaklah ditentukan dari apa yang menjadi isinya, tetapi dari siapa yang memberikannya. Pemberian terbaik dinilai bukan dari harganya tetapi dari kasih sayang yang mendasarinya. Pemberian Yesus yang di dasari oleh kasihNya kepada manusia yaitu memberikan kehidupan bahkan hidupNya sendiri bagi semua manusia yang percaya kepadaNya. Yesus sang pemberi kehidupan. Inilah yang menjadi tema kita dalam minggu ini.
Pembahasan Nats
11:25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,
11:26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?
Dalam Injil Yohanes, dan tidak terdapat dalam kitab-kitab Injil Sinoptik, terdapat suatu kelompok ucapan Tuhan Yesus yang penting karena memiliki fungsi yang berarti dalam pembahasan Kristologi. Ucapan ini memakai kata ganti orang pertama, yang sangat bernilai sebagai penyataan dari kesadaran diri Yesus sendiri.
Dalam Kitab Injil Yohanes terdapat jauh lebih banyak penggunaan kata ganti orang “Aku” daripada dalam kitab Injil Sinoptik. Penggunaan kata “Aku” menambah kewibawaan khusus bagi pernyataan-pernyataan Yesus. Donald Guthrie dalam buku Teologi Perjanjian Baru 1 menyebutkan bahwa kata “Aku” (ego) dalam Injil Yohanes terdapat sebanyak 134 kali, dalam Injil Matius sebanyak 29 kali, dalam Injil Markus 17 kali dan dalam Injil Lukas 23 kali. Banyaknya penggunaaan kata “Aku” menarik perhatian pada diriNya sendiri secara menonjol, yang mempersiapkan pembaca untuk ucapan khas yang diterjemahkan, “Aku adalah” (ego eimi).
Ungkapan “Aku adalah” digunakan dalam PL sebagai penggambaran Allah. Dalam Keluaran 3:14, Allah menyebut diriNya kepada Musa sebagi “Aku adalah Aku”, yang memberikan pengertian khusus ilahi pada ungkapan “Aku adalah” itu. Jika Yesus mengingat maksud ungkapan ini, hal ini akan menyoroti ungkapan “Aku adalah” yang dicatat dalam Injil Yohanes. Yohanes mencatat sejumlah ucapan Yesus “ego eimi” yang memiiki fungsi sangat penting dalam penyataanNya sebagai Allah, yakni : “Aku adalah/Aku ada/Akulah”. Ucapan ini mempunyai pengertian ilahi.
Tujuh kali dalamInjil Yohanes Yesus menggunakan bentuk “Aku adalah” untuk menggambarkan diriNya. Ucapan-ucapan ini meliputi pemakaian kata-kata kiasan yang luas, yaitu :
1. Akulah Roti hidup (Yohanes 6:35).
2. Akulah terang dunia (Yohanes 8:12; 9:5).
3. Akulah pintu (Yohanes 10:7).
4. Akulah gembala yang baik (Yohanes 10:11).
5. Akulah kebangkitan dan hidup (Yohanes 11:25).
6. Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6).
7. Akulah pokok anggur yang benar (Yohanes 15:1).
Dalam setiap hal, “Aku adalah” menjelaskan peran-peran tertentu dari Yesus, yaitu untuk menguatkan, menyinari, mengakui, memelihara, memberi hidup, membimbing dan membuat produktif. Ucapan-ucapan ini merupakan keterangan-keterangan tentang Yesus sebagai yang menyatakan Allah dan yang memberi karunia-karunia Allah.
Bahan kotbah kita dalam minggu ini, membicarakan tentang “Akulah kebangkitan dan hidup”.Tema "Akulah kebangkitan dan hidup" menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah kebangkitan itu sendiri, sehingga setiap orang hidup dan percaya kepada-Nya, tidak akan mengalami kematian kekal. “Akulah kebangkitan”. Bagi mereka yang percaya kepada Yesus, kematian jasmaniah bukanlah merupakan akhir yang mengerikan. Sebaliknya, peristiwa tersebut merupakan pintu kepada hidup kekal yang berkelimpahan dan persekutuan dengan Allah. Selanjutnya kata “akan hidup” dari ayat 25 menunjuk kepada kebangkitan, sedangkan istilah “tidak akan mati selama-lamanya” dalam ayat 26 berarti bahwa orang percaya yang dibangkitkan tidak pernah akan mati. Mereka akan memiliki tubuh baru, yang kekal dan tidak dapat binasa (1 Korintus 15:42, 54), yang tidak dapat mati atau merosot keadaannya (bd. Roma 8:10; 2 Kor. 4:16)
Apa maksudnya dengan “Akulah kebangkitan dan hidup”?
Yesus tidak sekedar mengatakan bahwa Aku akan memberikan kebangkitan, tidak sekedar Aku akan memberikan hidup kepadamu, tetapi Yesus mengatakan Aku-lah kebangkitan itu, Aku-lah hidup itu. Perkataan “Akulah kebangkitan dan hidup”berbicara tentang hidup yang telah dibangkitkan. Hidup itu sudah tiba sekarang dan ketika engkau percaya maka engkau akan hidup walaupun engkau sudah mati. Hidup yang tidak mungkin mati lagi, hidup yang kekal.Kematian adalah bukan akhir bagi hidup orang percaya, tetapi kematian adalah sebuah pintu yang menuju kepada kehidupan kekal di dalam persekutuan dengan Allah. Perkataan tidak akan mati selama-lamanya bukan menunjuk kepada kematian secara fisik, tetapi menunjuk kepada hidup yang kekal itu. Hidup yang kekal itu bisa engkau alami sekarang, ketika engkau percaya. Hidup yang dihasilkan dari kebangkitan, hidup yang akan terus ada sampai selama-lamanya.
Kata kunci dalam Yoh 11:25-26 adalah kata “barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati”. Tuhan Yesus mengatakan tiga kali kata “percaya”: “barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati”,” setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”, ”Percayakah engkau akan hal ini?” Di sini, Yohanes mengingatkan kita, bahwa siapa yang percaya di dalam Kristus, yang dipersatukan dengan Kristus melalui kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, manusia lama kita juga sudah dikubur bersama-sama dengan Kristus; dan kita dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus.Kebangkitan itu sudah terjadi secara spiritual di dalam diri kita. Ketika kita beriman di dalam Kristus, kita mengalami kelahiran baru, menjadi manusia baru, mengalami hidup yang baru, menjadi ciptaan yang baru. Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor 5:17).
Inti dari iman Kristen adalah salib Kristus. Salib itu adalah salib yang kosong, tidak ada Yesus yang tergantung, karena Yesus sudah bangkit mengalahkan maut. Ketika kita sungguh percaya dan mengenal Tuhan secara demikian, maka waktu kita menghadapi kematian, kita tahu bahwa kematian adalah bukan akhir, melainkan kita akan hidup walaupun kita sudah mati. Barangsiapa hidup dan percaya, dia tidak akan mati selama-lamanya, meskipun dia mati secara fisik, tetapi hidupnya akan ada selama-lamanya. Bahkan tidak ada suatu apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus. Kalau kita percaya akan hal ini, maka seharusnya kita mengarahkan dan memfokuskan seluruh hidup kita, memberikan kesadaran bahwa tidak ada apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus yang sudah mati dan bangkit.
Dalam Wahyu 7:9-17, kita dapat melihat tentang keselamatan yang universal. “…dari segala suku bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan dihadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru : “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba”. Disebutkan bahwa mereka yang masuk ke dalam Kerajaan Surga ialah mereka yang telah mencuci jubahnya dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Hal ini memang ungkapan simbolis, namun mengandung makna mereka yang dalam iman telah percaya dan setia kepada Yesus, yang nampak dalam kehidupan yang setia sampai mati. Hal itu disebutkan bahwa "mereka adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar”. Walaupun ada banyak tantangan sebagai konsekuensi iman kepada Yesus, mereka setia bahkan setia sampai mati kepada Tuhan. Anak Domba Allah yaitu Yesus Kristus yang merupakan jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Yesus Kristus (Yoh. 14:6)
Aplikasi
“Yesus Sang Pemberi Kehidupan” ini merupakan tema kebaktian Minggu kita kali ini, khususnya dalam Minggu Akhir Tahun Gereja ini. Alangkah anehnyajika manusia menikmati hidup lepas dari Sang Pemberi Hidup itu sendiri. Kita diberi kehidupan untuk untuk melakukan hal-hal yang sudah ditetapkan oleh Sang Pemberi Kehidupan, karena manusia tidak menjadi hidup dengan sendirinya. Manusia secara pasif menerima hidup dan secara pasif pula menyerahkan hidupnya. Dalam setiap kehidupan manusia ada tujuan yang sudah Tuhan tetapkan. Dan hidup itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari hubungan pribadi kita dengan Tuhan.
Hidup kita harus mempunyai suatu fokus, seperti poros dari suatu roda. Poros itu harus ada di tengah, supaya seluruh roda bisa berjalan dengan baik. Kalau poros itu bergeser sedikit saja, maka roda itu akan hancur berantakan dan tidak bisa jalan lagi. Biarlah poros hidup kita adalah kepada Yesus Kristus.Kita sudah disalibkan bersama dengan Kristus, dan mati bersama dengan Kristus. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yangkuhidupi sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman di dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku, dan menyerahkan Diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20).Hidup oleh iman adalah hidup yang memuliakan Allah diseluruh hidup kita. Karena itu, tetaplah hidup setia dan percaya kepadaNya.
Di Minggu akhir tahun gereja ini pun, ketika kita membahas tentang kehidupan, maka kita juga membahas tentang kematian. Karena jikalau ada kehidupan pasti akan ada kematian. “Akulah Kebangkitan dan Hidup”, menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah kebangkitan itu sendiri, sehingga setiap orang hidup dan percaya kepada-Nya, tidakakan mengalami kematian kekal. Kematian bukanlah akhir bagi hidup orang percaya, tetapi kematian adalah sebuah pintu yang menuju kepada kehidupan kekal di dalam persekutuan dengan Allah. Perkataan tidak akan mati selama-lamanya bukan menunjuk kepada kematian secara fisik, tetapi menunjuk kepada hidup yang kekal itu. Hidup yang kekal itu bisa kita alami sekarang, ketika kita percaya. Hidup yang dihasilkan dari kebangkitan, hidup yang akan terus ada sampai selama-lamanya.Dengan demikian, kematian tidak lagi menjadi suatu hal yang menakutkan bagi kita. Selagi Tuhan masih memberikan kesempatan bagi kita untuk menjalani kehidupan di dunia ini, tetaplah setia kepadaNya dan setia melayaniNya.
Pdt. Chrismori br Ginting-GBKP Rg. Sitelusada
Minggu 18 November 2018, Khotbah Kejadian 49:1-28
Invocatio :
Masmur 133:1
Bacaan :
Lukas 2:41-52
Tema :
Kerukunan Dalam Keluarga (Ersada I bas Jabu)
Pendahuluan
Keluarga yang merupakan komunitas masyarakat yang paling kecil memiliki pengaruh terhadap lingkungan yang lebih luas baik itu masyarakat/bangsa atau gereja. Oleh sebab itu kita sering mendengar bahwa gereja yang bertumbuh berawal dari keluarga-keluarga yang juga mau bertumbuh dalam Tuhan. Keluarga terbentuk karena inisiatif Tuhan dan manusia bertanggung jawab menjalani kehidupannya seperti yang dikehendaki oleh Tuhan. Baik itu istri, suami atau anak harus tunduk pada kehendak Allah demi kebahagiaan dan keutuhan keluarga.
ISI
Bahan khotbah kita pada minggu keluarga, yaitu kejadian 49:1-28, merupakan bagian dari kisah keluarga Yakub. Ketika Yakub merasa dia semakin dekat dengan kematian, dia mengumpulkan ke 12 putranya dan kesempatan itu dipakai oleh Yakub untuk memberikan nubuat-nubuatan baru tentang kehidupan anak-anakNya pada masa yang akan datang.
Ay. 2: Nasihat kepada Ruben (putra sulung dari Lea), yang artinya “tuhan telah memperhatikan kesengsaraanku”. Sebagai anak sulung, Ruben punya hak untuk hak kesulungan dan kedudukan tertinggi dalam kepemimpinan, hormat dan kuasa. Awalnya Ruben punya watak yang sangat bagus, tapi itu sirna ketika ia melakukan perbuatan zinah dengan Bilha, gundik ayahnya. Ruben menasihati saudaranya untuk tidak membunuh Yusuf dan kembali kesana untuk melepaskan Yusuf (Kej. 37:21,29). Ketika Yakub memberkati anak-anaknya, Ruben diberkati sebagai anak sulung yang sah, kendati dalam kenyataannya hak warisan secara simbolis diberikan kepada Yusuf. Ini menjelasakan bahwa kegagalan sifat, dapat menggeser untuk selama-selamanya seseorang dari kedudukan pemimpin.
Ay.5: Nasihat kepada simeon dan Lewi (putra ke-2 dan ke-3 dari lea). Simeon artinya mendengar, Lewi artinya menggabung/mengambil bagian. Simeon dan Lewi melakukan penyerangan yang curang terhadap sikhem (karena memperkosa Dina). Mereka melakukan pembantaian terhadap sikhem. Dalam berkat Yakub, simeon dan Lewi di kutuk karena tabiat kekerasan mereka dank arena itu mereka kan terbagi-bagi dan berserak (Kej. 49:5-7)
Ay. 8: Nasihat kepada Yehuda (putra ke 4 dari Lea), yang artinya bersyukur atau memuji.Yehuda sejak dini sudah mampu memimpin kakak dan adiknya (kej. 37:26-27; 43:3-10.). Ay. 8-12, menjajikan kerajaan kepada Yehuda, dan kendati hanya menjanjikan kepemimpinan, kemenangan dan stabilitas suku itu, yang digambarkan seperti anak singa yang memiliki kemampuan seperti singa jantan atau betina yang memiliki kekuasaan dan kemakmuran.
Ay. 13: Nasihat kepada Zebulon (putra ke-6 dari Lea), yang artinya mengangkat atau memuliakan. Zebulon akan diam di tepi pantai laut dan akan menjadi pangkalan kapal yang bersebelahan dengan Sidon.
Ay.14: Nasihat kepada Ishakhar (putra ke-5 dari Lea), yang artinya pekerja yang diupah yang digambarkan seperti keledai yang kuat.
Ay. 16: Nasihat kepada Dan (putra ke-1 dari Bilha), yang artinya Menghakimi. Sehingga Yakub dalam berkatnya akan mengadili bangsanya seperti ular di jalan yang akan menjatuhkan lawannya.
Ay. 19: nasihat kepada Gad (putra ke-1 dari Zilpa), artinya nasib baik, Yakub mengungkapkan bahwa keturunan Gad akan menghadapi kehidupan yang penuh dengan gangguan, tapi ia juga mengungkapkan bahwa mereka akan dapat mengatasinya.
Ay. 20: Nasihat kepada Asyer (putra ke-2 dari Zilpa), yang artinya berbahagia. Hal itu digambarkan Yakub dengn kehidupan yang berlimpah makanan dan kemewahan.
Ay. 21: Nasihat kepada Naftali (putra ke -2 dari Bilha) yang artinya “yang bergulat”, dia digambarkan seperti rusa betina yang terlepas dan memiliki keturunan yang baik.
Ay. 22: Nasihat kepada Yusuf (putra ke-1 dari Rahel), yang artinya kiranya ditambahkanNya. Yusuf adalah anak yang paling dikasihi oleh Yakub. Yakub mengucapkan berkat-berkat dalam waktu damai (ay.22,25b) dan perang (ay.23). Dan pertolongan Tuhan akan selalu ada dan nyata dalam kehidupan Yusuf. Berkat Yakub turun dalam diri Yusuf dan akan turun kepada orang-orang yang istimewa diantara saudara-saudaranya.
Ay.27: Nasihat kepada Benyamin (putra ke-2 dari Rahel), yang artinya “putra tangan kanan”. Setelah Yusuf hilang, Benyamin mendapat tempat utama dalam cinta kasih ayahnya. Dia digambarkan seperti singa yang menerkam dan memakan mangsanya pada pagi hari dan membagi-bagikan rampasannya pada sore hari.
Dalam percakapan tersebut kita bisa melihat bahwa nubuatan Yakub kepada putra-putranya berbeda-beda, apa yang menyimpan arti berkat tapi ada juga yang menyimpan arti kutuk. Semua berkat dan kutuk ini tergantung pada hubungan keturunan itu dengan Allah. Karena kutukan atas seorang ayah dapat dihapuskan dan disingkirkan oleh pertobatan dan iman anak-anaknya (Yeh. 18:1-9). Situasi itu tidak menciptakan permusuhan diantara mereka, tetapi dalam pengampunan dan kasih mereka menjalani kehidupan mereka sebagai saudara.
Lukas 2:41-52
Bacaan kita juga menceritakan keluarga Yusuf yang hidup dalam kesetiaan kepada Tuhan. Pada waktu itu Yesus masih berumur 12 tahun ketika Yusuf dan Maria membawa Yesus untuk mengikuti perayaan Paskah di Yerusalem. Dalam usia yang masih kecil, Yesus memperlihatkan ketekunan dan kesetiaan dalam mendengarkan pengajaran yang disampaikan oleh Guru-guru Agama Yahudi. Terlihat jelas bahwa Yusuf dan Maria menanamkan pengajaran agama kepada Yesus sejak Dia masih kecil.
Aplikasinya
Realitasnya benyak sekali keluarga yang tidak bisa hidup bersama-sama dalam damai dan kasih. Tekanan hidup, pergeseran budaya post modernisme, masalah-masalah yang ada sering menjadikan anggota keluarga menjadi pribadi-pribadi yang tidak mampu lagi menjalani hidupnya dibawah kuasa dan kehendak Tuhan. Hal ini di perburuk lagi dengan rapuhnya hubungan anggota keluarga itu dengan Tuhan. Tentunya masalah, pergumulan dan pergeseraan budaya post modernisme adalah hal yang tidak bisa kita hindari tapi itu semua dapat kita hadapi dan kita atasi hanya dengan memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Sehingga baik orangtua (suami dan istri) serta anak-anak mampu berjalan bersama dalam menciptakan keutuhan keluarga yang akan tetap terberkati oleh Tuhan.
Pdt. Sripinta br Ginting
GBK Rg. Cileungsi
MINGGU 28 OKTOBER 2018, KHOTBAH ROMA 1:16-17
Invocatio :
“Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!” (Mazmur 51:12)
Bacaan :
2 Raja-Raja 23:24-27
Tema :
“Dimulai Dalam Iman dan Diakhiri Dalam Iman”
I. PENDAHULUAN
Hari Reformasi Gereja diperingati setiap tanggal 31 Oktober, hari yang mengingatkan orang-orang Kristen Protestan akan peristiwa DR. Martin Luther mereformasi gereja dengan menempelkan 95 tesis/dalil di depan pintu gereja Wittenberg-Jerman pada tanggal 31 Oktober 1517. 95 tesis/dalil yang dipakukan itu berisi protes DR. Luther akan kesalahan praktik-praktik yang dilakukan oleh gereja Katolik Roma pada waktu itu, terutama penyebaran surat pengampunan dosa (indulgensia) untuk membangun Gereja Basilea St. Petrus. Karena itu dalil yang ditempelkan Martin Luther itu mengungkapkan kebenaran/pemahaman Alkitab dan mengkritik dogma yang telah berlangsung sekian lama di Institusi gereja di masa itu. Keselamatan itu bukan berasal dari gereja atau pemimpin gereja, tetapi iman kitalah yang menyelamatkan kita. Dari terobosan inilah kita mengenal ajaran Martin Luther yakni: Hanya oleh Iman (Sola fide), Hanya oleh anugerah Allah kita diselamatkan (Sola Gratia) dan kebenaran hanya didapatkan dari Alkitab (Sola Scriptura). Semangat Martin Luther mereformasi gereja bukan karena ingin memecah belah gereja melainkan dia mau mengingatkan supaya gereja kembali kepada Alkitab (back to the Bible), sebagai dasar pengajaran kebenaran.
II. PENDALAMAN NATS
Surat Paulus kepada jemaat Roma, khususnya dalam Pasal 1:16-17 memegang peran sentral. Hampir semua penafsir Alkitab sepakat bawa inti keseluruhan Surat Roma terletak pada bagian ini. Ini adalah tema surat. Bagian yang lain, terutama Roma 1:18-8:39, hanyalah penjelasan terhadap Roma 1:16-17. Di dalam kedua ayat ini, Paulus menjelaskan alasan mengapa di ayat 15, ia berkeinginan untuk memberitakan Injil kepada jemaat di Roma yaitu karena Injil adalah kekuatan Allah. Di dalam ayat 16, Paulus dengan berani memproklamasikan bahwa dirinya tidak malu akan Injil (KJV: “For I am not ashamed of the gospel of Christ”). Terjemahan King James Version ini lebih sesuai dengan naskah aslinya dimana kata ashamed dalam naskah Yunaninya: epaischunomai yang berarti to feel shamed for something. Sungguh menarik apa yang Paulus nyatakan, mengingat dulunya Paulus adalah seorang yang membenci Kristus dan para pengikutNya. Tetapi setelah dirinya diperbaharui olehNya, ia tidak malu lagi akan Injil bahkan rela mati demi Injil. Sebab Paulus tahu dengan pasti bahwa “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya”. Injil bukan membuat orang sakit menjadi sembuh atau membuat orang miskin menjadi kaya, itu sama sekali bukan Injil, tetapi “injil” palsu dan murahan yang Paulus kutuk habis di dalam Galatia 1:6-10. Injil Kristus sejati yang Paulus tekankan tetap berintikan kepada Kristus, karya pengorbananNya di kayu salib dan pengampunan serta penebusan dosa. Injil tidak boleh dipisahkan dengan penebusan dan karya Kristus. Di dalam pernyataan ini, Paulus mengartikan Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan. Injil itu diberikan oleh Allah melalui anugerahNya untuk membawa manusia pilianNya yang sudah berdosa kembali direkatkan ubungannya dengan Allah yang maha kudus. Matthew Henry di dalam tafsirannya, “In these verses the apostle opens the design of the whole epistle, in which he brings forward a charge of sinfulness against all flesh; declares the only method of deliverance from condemnation, by faith in the mercy of God, through Jesus Christ; and then builds upon it purity of heart, grateful obedience, and earnest desires to improve in all those Christian graces and tempers, which nothing but a lively faith in Christ can bring forth”. Matthew Henry mengajarkan dan mengingatkan kita bahwa satu-satunya jalan kita dibebaskan dari belenggu kutuk dosa adalah melalui iman di dalam anugerah Allah, melalui Yesus Kristus. Itulah janji Kristus sejati membawa manusia pilihanNya yang sudah jatuh ke dalam dosa untuk direkatkan kembali hubungannya dengan Allah yang maha kudus. Kristus itu satu-satunya jalan. Injil sejati memerdekakan manusia dari dosa, sebagaimana Tuhan Yesus berfirman, “Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoanes 8:31-32). Kembali Paulus menyatakan dalam 2 Timotius 1:10, “bahwa kuasa Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa”.
Pada ayat 17, Paulus mengungkapkan, “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: Orang benar akan hidup oleh iman”. Kuasa Injil tidak berhenti hanya untuk menyelamatkan tetapi memimpin iman. Paulus mengungkapkan bahwa di dalam Injil dan Injil itu sendiri adalah kebenaran Allah. Kata “kebenaran” diterjemakan ke dalam bahasa Yunani dikaiosune yang berarti pembenaran/justification. Pembenaran Allah yang dimaksud adalah bagaimana cara Allah merekatkan hubungan manusia denganNya melalui Kristus yang di dalamnya kita harus percayai dan taati secara mutlak dari awal sampai akhir. Itulah yang Injil kerjakan yaitu membenarkan manusia berdosa melalui karya Allah Anak dan juga memimpin iman. Di sini Paulus mengaitkan konsep kebenaran/pembenaran Allah dengan konsep iman. Iman sejati tidak bisa dilepaskan dari kebenaran/pembenaran Allah. Dengan kata lain, iman harus terus-menerus berpaut kepada dan berada di dalam kebenaran Allah (Kristus) sebagai obyek sekaligus subyek iman. Hal ini sesuai dengan pemaparan Paulus di dalam ayat 17 ini, dimana kebenaran Allah memimpin iman yang mula-mula kepada iman pada akhirnya. Allah adalah pemberi atau sumber/subyek iman yang memberikan iman sejati di dalam Krsitus kepada umat pilianNya. Ini berarti iman adalah anugerah Allah. Iman bukan hasil usaha kita sendiri, tetapi anugerah Allah. Iman ini mengakibatkan anak-anakNya tidak terlebih dahulu berusaha keras untuk menggapai iman dan perkenaan Allah, tetapi menyerahkan keseluruhan hidup mereka kepada Tuhan yang menganugerahkan iman. Karena manusia tidak pernah sanggup dapat melepaskan diri dari dosa apalagi dapat memilih iman yang benar di dalam Kristus. Kerusakan total manusia mengakibatkan manusia tidak dapat memiliki keinginan dan motivasi yang beres dan memuliakan Allah. Lalu apakah iman berhenti pada posisi manusia sebagai yang pasif saja? Tentu tidak, karena iman bukan saja berhenti pada iman yang merupakan anugerah Allah untuk keselamatan, tetapi iman itu terus bertumbuh. Iman yang bertumbuh adalah iman yang berada di dalam proses terus-menerus bersama dan di dalam jalur Allah melalui firman dan RohNya yang kudus. Iman yang bertumbuh adalah iman yang terus-menerus menghendaki hidup kudus sebagaimana Allah yang memanggil umatNya adalah Allah yang kudus, dan kemudian iman itu juga bertumbuh di dalam pengetahuan yang melimpah di dalam Kristus. Paulus menyimpulkan, “Orang benar akan hidup oleh iman”. Siapakah “orang benar” itu? Mereka yang sudah dibenarkan Allah di dalam Kristus (umat pilianNya), sehingga mereka pasti hidup oleh iman.
Teks ini bukan hanya terkenal, tetapi sangat penting. Dari sisi sejarah, Allah telah menggunakan teks ini untuk mempertobatkan Martin Luther tokoh reformasi itu. Sekian lama berupaya untuk memperole kebenaran di hadapan Allah melalui perbuatan baik tetapi tanpa kepastian dan kedamaian, Luther akhirnya menyadari bahwa kebenaran merupakan anugerah Allah bagi orang berdosa yang beriman kepada Yesus Kristus. Pembenaran adalah melalui iman. Dari sisi theologi, pembenaran melalui iman secara esensial membedakan iman protestan dari Yudaisme, Roma Katholik, maupun agama-agama lain. Yang lain menambahkan perbuatan baik pada iman sebagai syarat untuk dibenarkan oleh Allah. Roma 1:16-17 menegaskan bahwa pembenaran hanya melalui iman.
Demikian juga dalam bacaan pertama kita yang diambil dari 2 Raja-Raja 23:24-27, dimana reformasi yang dilakukan Yosia dalam hal keagamaan (peribadahan kepada Allah) yang selama ini oleh pendahulu-pendahulunya sudah menyimpang dan melukai hati Tuhan. Reformasi Yosia dimulai dengan memusnahkan bukit-bukit pengorbanan bamot, menghancurkan semua peranti dan sarana ibadah kafir. Kebijakan Yosia selanjutnya adalah pemberlakuan kembali perayaan Paskah (2 Raja-Raja 35:18). Dihapuskannya peran para pemanggil arwah, dan para peramal serta segala berhala-berhala lainnya.
III. APLIKASI
Semangat Reformasi yang terutama adalah semangat mencintai firman Tuhan (Alkitab). Tapi sayang, semangat ini terkadang sudah luntur dan terkadang dipelintir oleh gereja-gereja yang katanya dipengaruhi oleh teologi Reformasi dengan pemberitaan “yang enak dan sedap” untuk didengar dan membuat jemaat ‘terhibur’ dan ‘tertawa’ (pemberitaan Stand Up Comedy) yang tidak lagi bernilai alkitabiah. Hal ini bukanlah semangat Reformasi gereja, inti semangat reformasi gereja adalah kembali kepada Alkitab. Seorang yang memiliki kerinduan kembali kepada Alkitab adala orang yang mencintai firmanNya. Tanpa didasari oleh kecintaan akan Allah dan firmanNya, tak mungkin seorang benar-benar mau kembali kepada Alkitab. Orang yang mencintai Allah dan firmanNya pasti sungguh-sungguh kembali kepada Alkitab, lalu orang yang kembali kepada Alkitab adalah orang yang mempelajari firmanNya dan selanjutnya adalah orang yang taat dan menjalankan apa yang Tuhan firmankan.
Reformasi sangat jelas menjadi sejarah gereja dan juga semangat gereja. Slogan “Ecclesia Reformata Semper Reformanda”, yang berarti gereja (persekutuan orang percaya) yang terus menerus diperbaharui. Jadi reformasi bukan sekedar sebuah gerakan melainkan proses yang tiada henti. Bagaimana gereja dari masa ke masa makin menyerupai Kristus/Imitatio Christi (Kolose 3:1-4) dan menjadi sempurna seperti Bapa sempurna (Matius 5:48).
Minggu Reformasi gereja ini menyadarkan kita akan pentingnya Alkitab sebagai satu-satunya sumber dan standar bagi iman, spiritualitas, etika, dan moralitas hidup. Kiranya Roh Kudus memimpin dan memampukan kita menjalankan apa yang Allah firmankan di dalam Alkitab, sehingga nama Tuhan sajalah yang ditinggikan selama-lamanya. Soli Deo Gloria. Sola Scriptura. Sola Gratia. Sola Fide. Solus Cristus.
Pdt. Irwanta Brahmana
(GBKP Rg. Surabaya)