MINGGU 24 JULI 2022, KHOTBAH MALEAKHI 3:8-12 (MINGGU GBKP NJAYO)
Invocatio : Dage Kiniteken rehna arah megi berita e, janah isi berita e, e me kata kerna Kristus (Roma 10:17)
Ogen : Galati 6:4-10
Thema : Maba Persembahen/ Membawa Persembahan
PENDAHULUAN
Dalam perjalanan pelayanan beberapa hari lalu, ada satu hal menarik yang kami perhatikan ketika bus yang sedang kami tumpangi berhenti di salah satu halte. Tepat di sebelah halte bus tersebut, terdapat sebuah warung makan yang kelihatan sederhana malah cenderung biasa-biasa saja. Yang tidak biasa dari warung ini adalah si pemilik warung meletakkan sebuah meja di depan warungnya dan mengisi meja itu dengan nasi yang dibungkus lengkap dengan lauknya. Pada meja itu ditambahkan tulisan dengan keterangan : “berbagi berkat bagi yang membutuhkan” yang berarti makanan di meja itu bisa diambil secara gratis oleh siapa pun yang sedang ada dalam kesusahan dan terancam tidak bisa makan. Dalam cerita yang kami dapatkan, si pemilik warung tersebut memang memiliki kerinduan besar untuk menolong sesama sejauh yang dapat dia lakukan. Dia secara teratur menyediakan makanan gratis itu setiap hari Jum’at sebagai tanda kasihnya kepada saudara yang membutuhkan pertolongan. Dia melakukannya dengan sebuah komitmen dan kasih sehingga sebagai pemilik warung dia rela menyisihkan keuntungan warungnya bagi orang yang membutuhkan. Tentu sebagai pemilik warung sederhana yang mengalami kesulitan dan tekanan untuk bangkit dari efek pandemi, berbagi dengan orang lain bukan sebuah hal mudah untuk dilakukan. Tetapi si pemilik warung menolak untuk berfokus hanya memikirkan diri sendiri dan memilih untuk memberikan yang terbaik dalam menolong sesama.
Lain halnya dengan bangsa Israel dalam kitab Maleakhi saat mereka mengalami situasi pasca pembuangan di Babel. Daripada memperbaiki kondisi kerohanian dan nilai-nilai kehidupan yang berkenan di mata Tuhan, mereka justru lebih memilih untuk melakukan playing victim, dimana seolah-olah mereka menjadi korban yang tidak bersalah dalam kehidupan yang mereka jalani. Dalam kenyataannya bangsa Israel bersalah, tapi mereka malah mempertanyakan kesetiaan Tuhan (bdk. Mal. 1:2; 3;9). Lebih lanjut lagi mereka mempertanyakan mengapa Tuhan tidak berkenan atas persembahan mereka dan menangis dengan air mata palsu, padahal mereka sendiri jelas tahu persembahan yang mereka berikan adalah persembahan yang cemar di mata Tuhan (bdk. Mal.1:8; 3:8) Bila hal seperti ini terjadi, perlulah kita mempertanyakan dimanakah letak iman percaya, kasih, dan hormat bangsa Israel kepada Tuhan?
PENDALAMAN TEKS
Dalam konteks kitab Maleakhi, kita melihat bagaimana situasi kehidupan yang mereka alami. Mereka mengalami krisis keyakinan dan krisis pengharapan atas kenyataan yang dimulai sejak kehancuran Bait Suci sebagai simbol kehadiran Tuhan. Bait suci kedua memang dibangun kembali tetapi tidak semegah seperti sebelumnya. Bangsa Israel hidup dalam perjuangan terlebih saat kelimpahan yang didambakan sekembali dari pembuangan Babel belum menjadi kenyataan. Disamping itu terjadinya gagal panen dan kemarau panjang membuat kehidupan Israel semakin terancam. Dalam kondisi yang demikian mereka menjadi tidak peduli dan merasa beribadah (baca: memberikan persembahan) atau tidak kepada Tuhan sama saja sebab Tuhan tidak menunjukkan kuasaNya seperti yang dinantikan oleh bangsa Israel. Ayat 8-9 adalah sebuah kritik yang keras kepada bangsa Israel sebab dalam pandangan Tuhan, bangsa Israel melakukan kejahatan dan menipu Tuhan. Mereka tidak lagi mau memberikan persembahan kepada Tuhan dan dibalik itu tersembunyi motif yang sesungguhnya yaitu ketidaktaatan dan ketidak-percayaan bangsa Israel kepada Tuhan. Tuhan selalu setia dan mengasihi umatNya, tetapi tampaknya tidak demikian balasan Israel kepada Tuhan. Selain itu menahan persembahan menjadi kejahatan karena mereka menahan berkat yang seharusnya menjadi milik orang-orang miskin sesuai dengan sistem perpuluhan yang berlaku saat itu.
Karena itu, Tuhan memberikan tantangan bagi bangsa Israel untuk membuktikan kesetiaan Allah. Dalam ayat 10 dikatakan: “Ujilah Aku..” bagian ini dimaksudkan bukan hanya untuk menekankan kewajiban atau regulasi, tetapi terutama untuk mengajak bangsa Israel kembali tunduk dan taat kepada Tuhan lewat persembahan yang mereka bawa kepada Tuhan. Dengan tunduk kepada Tuhan, maka bangsa Israel dapat keluar dari dosa dan penyimpangan yang telah berurat- akar selama ini. Ketika bangsa Israel melakukannya, maka Tuhan akan memberikan berkat berupa hujan yang turun membawa kesuburan pada tanah dan mengakhiri penderitaan akibat belalang pelahap yang merusak sumber penghidupan bangsa Israel (bdk. Ay.11). Dengan begitu umat dapat menyadari bahwa sejak awal Tuhan itu besar dan IA setia pada kehidupan umatNya (bdk. Ay.12)
APLIKASI
Dalam minggu GBKP Njayo, kita diminta untuk memperhatikan bagaimana selama ini sikap dan cara kita dalam membawa persembahan bagi Tuhan yakni:
- Membawa persembahan pada Tuhan adalah sebuah bukti ketaatan dan pengakuan bahwa kehidupan kita telah diberkati Tuhan. Dengan demikian kita tidak mengingkari campur tangan Tuhan dalam segala yang ada pada kita. Kita boleh menikmati berkat-berkat Tuhan, tetapi tidak boleh melupakan Tuhan dan tidak boleh mensejajarkan Tuhan dengan kemakmuran itu. Segala sesuatu adalah milik Tuhan, maka jangan sampai kita lupa dan “menyingkirkan” Tuhan dalam hidup kita.
- Dalam membawa persembahan bagi Tuhan sangat perlu untuk memperhatikan kualitas persembahan kita. Bila Tuhan memberi yang terbaik untuk kita, tentu kita pun memberikan yang terbaik sebagai tanda kasih bagi Allah yang telah memelihara kehidupan dan memerdekakan kita dari belenggu dosa. Kita perlu merenungkan kembali bagaimana kita memberi persembahan yang “prima” bagi Tuhan sebab harus diakui banyak hal yang mempengaruhi kualitas persembahan kita pada Tuhan. Membawa persembahan dengan teratur dan berkualitas adalah salah satu displin rohani yang terus perlu kita kerjakan.
- Sebagai umat kita turut bertanggungjawab dalam pelayanan GBKP. Dalam bingkai gereja yang mandiri, maka kita semua ditempatkan Tuhan di tengah-tengah gereja kita untuk menyalurkan berkat-berkatNya lewat keberadaan kita. Tuhan memberkati setiap upaya dan kerja kita sehingga disinilah kita terpanggil untuk ikut dalam arak-arakan pelayanan itu. Bacaan kita di minggu ini (Gal. 6:4-10) telah menggarisbawahinya dengan menyampaikan: bertolong-tolongan dalam menanggung beban. Kata beban disini merujuk pada barang bawaan yang biasanya dibawa oleh masing-masing prajurit di punggungnya saat berjalan. Jadi, masing-masing orang harus membawanya dan tidak bisa dibawakan oleh orang lain.
Dalam situasi yang dihadapi dunia dan gereja kita saat ini, kita dipanggil untuk mengambil bagian dalam membawa persembahan kita, aktif merawat dan memperhatikan gereja kita dan tidak jemu-jemu dalam melakukan perbuatan baik. Pasti ada pengorbanan yang kita lakukan baik uang, waktu, pemikiran, kenyamanan, dan lain-lain. Jangan kita lupakan bahwa benih baik yang ditabur dalam ketaatan dan dirawat dalam kesetiaan tidak akan pernah sia-sia.
Pdt. Eden P. Funu-tarigan, S.Si (Teol)-GBKP Perpulungen Kupang
MINGGU 17 JULI 2022, KHOTBAH MAZMUR 104:10-23 (MINGGU MERDANG)
Invocatio : 1 Korintus 15: 37
Bacaan I : 2 Korintus 9: 8-11
Tema : Dunia ini Penuh Dengan Berkat-berkat Tuhan (Dem Doni Enda Alu Pasu-pasu Tuhan)
I. Pengantar
Minggu ini kita masuk ke dalam minggu “merdang” atau minggu menabur yang dihubungkan dengan merawat lingkungan dan ketahanan pangan. Minggu yang mengingatkan kita untuk tetap menabur untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Menabur benih dalam arti yang lebih luas bukan hanya diperuntukan kepada para petani tetapi kepada semua orang di dalam pekerjaannya masing-masing. Melalui pekerjaan yang kita kerjakan setiap harinya, kita dituntut untuk menabur benih kebaikan sehingga kita juga akan menuai kebaikan dari pekerjaan kita, melalui pekerjaan kita juga kelestarian lingkungan tetap terjaga, sehingga kehidupan manusia juga akan terjaga dengan baik.
II. ISI
Pada umumnya kita mengukur kebaikan Tuhan dengan tolok-ukur dikabulkannya permohonan kita. Tahukah Anda bahwa kebaikan Tuhan tidak selalu diwujudkan dengan memenuhi apa yang kita inginkan, melainkan dengan memenuhi apa yang kita butuhkan. Salah satu bukti konkret yang jarang sekali menjadi perhatian kita, yaitu keindahan dan kemisterian alam. Melalui alam, Tuhan menyatakan kebaikan serta pemeliharaan-Nya. Segala kebutuhan primer manusia dan makhluk hidup lainnya sudah tersedia di alam.
Dalam mazmur ini terlihat jelas bagaimana pemazmur memuji kebaikan Tuhan. Sebab Ia memberikan air bagi ciptaan-Nya (10-13), Engkau melepas mata-mata air. Salah satu kebutuhan terpenting di Palestina pada zaman kuno ialah persediaan air yang mencukupi. Pemazmur memuji Allah karena memberikan pemeliharaan berupa mata air dan hujan sehingga semua bentuk kehidupan, binatang dan sayur-mayur bisa terus hidup. Dia juga memuji Tuhan karena memberikan makanan bagi ciptaan-Nya (14-16), rumput bagi hewan, tumbuhan, anggur, minyak bagi manusia. Dan memberikan tempat tinggal bagi ciptaan-Nya (17-18) yaitu pohon-pohon, gunung-gunung dan bukit-bukit. Air, makanan, dan tempat tinggal merupakan tiga kebutuhan mendasar semua mahkluk hidup. Ketiga kebutuhan mendasar itu telah disediakan oleh Tuhan saat Ia menciptakan alam semesta dan segala isinya. Bulan ... matahari (19-23) dua benda angkasa ini diperhatikan secara khusus, sebab dua-duanya tidak dapat diabaikan dalam mengatur masa-masa dan hari-hari. Tuhan menciptakan benda-benda penentu waktu untuk mengatur suklus alami yang membuat berbagai mahluk, termasuk manusia memiliki gilirannya masing-masing.
Melalui bahan kotbah kita ini dapat kita lihat bahwa semua ciptaan, baik itu manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan bergantung kepada Tuhan Allah. Allah kemudian menjadi pusat dari narasi pujian Mazmur 104 ini. Allah yang dipuji oleh pemazmur tidak hanya duduk diam di surga, kehadiran Allah justru ditemukan pada karya-Nya yaitu tatanan langit dan bumi yang diciptakan teratur membawa manfaat bagi seluruh penghuninya.
Dari bacaan kita 2 Korintus 9: 8-11 kita dapat belajar bahwa benih adalah bibit yang menjadi awal dari suatu pertumbuhan. Benih yang baik akan menentukan hasil yang baik. Sumber benih yang baik hanya ada pada Tuhan, Tuhanlah yang menyediakan benih yang baik. Kita hanyalah penabur dari benih yang baik itu. Jika kita mau menabur benih yang baik maka Tuhan pun akan memberikan pertumbuhannya dan akan memberikan hasil yang terbaik bagi kita. Tanpa kita sadari, setiap berkat, rezeki atau materi yang kita terima, sebenarnya sebagian adalah benih untuk ditabur dan sisanya adalah roti untuk dimakan. Roti untuk dimakan adalah semua materi yang kita terima yang digunakan untuk kebutuhan kita atau keluarga yang ada dalam tanggung jawab kita. Roti untuk dimakan akan habis ketika digunakan, tetapi benih untuk ditabur akan berlipatganda yang pada akhirnya akan kembali kepada kita sebagian sebagai "roti untuk dimakan" dan juga sebagai "benih untuk ditabur"
III. Aplikasi
Sesungguhnya, Tuhan telah menciptakan alam semesta beserta isinya dengan teramat sangat indah. Itu merupakan anugerah yang amat besar, yang terlebih dahulu Dia sediakan sebelum menciptakan manusia. Sejak semula, Tuhan pun sudah menyatakan bahwa apa yang Dia ciptakan adalah baik. Kelestarian alam harus dijaga. Manusia dalam menjalani hidup sangat bergantung pada keadaan alam. Jika alam sekitar baik, manusia akan nyaman dalam menjalani hidup, sedangkan jika rusak akan merasa terancam. Alam semesta juga telah memenuhi segala kebutuhan hidup manusia. Semua yang dibutuhkan manusia, bahkan juga makhluk-makhluk Tuhan lainnya, telah tersedia di alam ini. Dengan demikian, menjaga kelestarian alam memang sangat penting. Sesuai dengan tema kita mengatakan “Dunia ini Penuh dengan Berkat-berkat Tuhan” mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan manusia sudah disediakan oleh Allah melalui alam ciptannya. Dunia ini sudah sejak awal dipenuhi dengan berkat-berkat Tuhan yang dapat dinikmati oleh manusia jika manusia dapat mengolah, menjaga dan merawatnya dengan baik.
Dalam minggu menabur (merdang) ini pun kita di ingatkan untuk tetap bekerja keras dan mengelola dengan baik hasil dari pekerjaan kita sehingga kita dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga kita dan dapat juga menjadi berkat bagi orang lain melalui berkat-berkat Tuhan yang telah kita terima. Diberkati dan mejadi berkat, itulah yang harus diupayakan setiap orang Kristen di dalam hidupnya. Danau Galilea di Tanah Perjanjian, betapa suburnya wilayah di sekitarnya. Di dalamnya juga banyak terdapat ikan-ikan, sehingga di sekitar Danau Galilea juga banyak burung-burung yang mencari ikan disana. Namun berbeda dengan Laut Mati, di Laut Mati, wilayah di sekitarnya hanya berupa batu-batu cadas dan gersang. Bahkan di dalam Laut Mati tidak ada satupun mahluk yang bisa hidup. Apa yang menyebabkan perbedaan tersebut? Ternyata karena Danau Galilea selau mengalirkan kembali air yang diterimanya dari Gunung Hermon, lalu dialirkan kembali ke Sungai Yordan, sehingga Danau Galilea terus-menerus menerima aliran-aliran air yang baru dan menyegarkan. Itulah yang membuat wilayah di sekitar Danau Galilea menjadi subur dan makmur. Sedangkan Laut Mati, hanya menerima air saja yang masuk ke dalamnya, tetapi tidak mengalirkannya lagi, sehingga di dalamnya terdapat timbunan mineral yang kadarnya sangat tinggi yang menyebabkan tidak ada satu mahluk hidup pun yang bisa tinggal di dalamnya.
Kita dipanggil untuk diberkati dan menjadi berkat. Kalau kita hanya menerima berkat saja dan tidak mau jadi berkat, maka lama-kelamaan hidup kita bisa menjadi seperti Laut Mati dimana tidak ada kehidupan di dalamnya. Tetapi kalau kita diberkati dan menjadi berkat, maka keadaan hidup kita akan seperti Danau Galilea yang subur, makmur dan penuh damai sejahtera.
Pdt Rahel br Tarigan-Runggun Denpasar
MINGGU 26 JUNI 2022, KHOTBAH YOEL 2:23-27 (MINGGU ETIKA KERJA)
“Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26)
Bacaan : Yudas 1: 24-25
Tema : ALLAH MEMBERI DENGAN BENAR (IBEREKENNA RIKUT PAYONA)
Pengantar
Ada sebuah filosofi kerja orang Jepang yaitu ikigai. Ikigai mempunyai 4 unsur yaitu passion (mengerjakan hal yang kita suka), mission (dunia membutuhkannya), vocation (kita menguasai bidang tersebut), profession (yang kita kerjakan bisa menghasilkan uang). Konsep ikigai inilah salah satu yang membuat orang Jepang dikenal sebagai pekerja keras. Bekerja tidak sekedar bicara soal jurusan apa, berapa gaji, jabatannya apa, dan sebagainya. Menurut Yohanes Calvin reformator gereja, tiap jenis pekerjaan adalah penetapan dan panggilan Allah. Maka orang Kristen bisa menggunakan konsep ikigai dengan membahasakannya demikian:
Kita bekerja dari hati dengan penuh sukacita, yang kita kerjakan menjadi berkat bagi orang lain, kita bisa diandalkan dalam bidang itu karena sudah menekuni dan menguasainya, dan Tuhan memberkati yang kita kerjakan sehingga ada hasil yang bisa dinikmati. Keempat unsur ini saling melengkapi. Saat kita melihat pekerjaan sebagai panggilan dari Allah, kita akan menyadari bahwa pekerjaan dan ibadah adalah sebuah kesatuan. Kita tidak dapat bekerja dengan berbuat dosa dan tetap mengharapkan Tuhan memberkatinya.
Penjelasan Teks
Yoel menyampaikan pesan Allah bagi umat Israel tentang Hari Tuhan yang sudah dekat. Gambaran tentang hari Tuhan yang gelap gulita dan kekeringan yang diungkapkan Yoel juga disertai dengan seruan untuk bertobat. Pasal 1 diawali dengan serangan belalang. Hama belalang adalah ancaman besar bagi pertanian. Kawanan belalang terbang dalam jumlah besar dan mampu menempuh jarak jauh, dan melahap semua hasil panen dan tanaman. Ini bisa menyebabkan manusia kelaparan. Belalang adalah salah satu tulah yang dikirimkan Tuhan bagi bangsa Mesir agar Firaun membiarkan bangsa Israel meninggalkan Mesir. Tapi kali ini belalang dipakai Tuhan untuk menghukum bangsaNya. Nabi Yoel menggambarkan serangan belalang sebagai gambaran untuk serangan pasukan musuh Israel (Yoel 2: 1-11). Uniknya dalam Kitab Yoel tidak disebutkan secara jelas jenis dosa apa yang dilakukan umat pada waktu itu. Tetapi ada seruan bagi bangsa Israel untuk bertobat, berbalik kepada Tuhan, yang bukan dari tampak luar tetapi hati yang benar-benar berubah (koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu). Juga disampaikan janji Tuhan bagi bangsa yang bertobat, akan ada pemulihan, berkat Tuhan gandum, anggur, minyak akan diberikanNya, menjauhkan musuh bangsa Israel, semua kembali hijau dan subur. Allah terkadang bekerja secara berdaulat di dalam sejarah melalui bencana dan serbuan musuh untuk mendatangkan pertobatan. Karena itu dalam Yoel 3: 23-27 yang menjadi bahan khotbah kita dikatakan:
- Bersorak-soraklah dan bersukacitalah karena Tuhan, Allahmu. Janji Tuhan kepada bangsa yang berbalik kepadaNya: Hujan pada waktu yang tepat, hasil usaha melimpah ruah, segala kebutuhan tercukupi dan terpuaskan. Ketika hidup bangsa Israel jauh dari Tuhan, konsekuensinya adalah berkat Tuhan jauh dari mereka, termasuk dari usaha dan pekerjaan. Sia-sia bekerja keras jika tidak diberkati Tuhan, karena hasilnya tidak bisa dinikmati. Maka saat umat bertobat, Allah berjanji akan memberi kelimpahan.
- Tuhan akan memulihkan tahun-tahun yang hasilnya dimakan belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip. Meski Tuhan mengirimkan kawanan belalang sebagai tentara-Nya yang besar, namun kasih-Nya lebih besar dari itu. Maka Tuhan berjanji akan menggantikan semua kerugian itu dengan berkat yang berlimpah. Tahun kekurangan digantikan tahun kelimpahan.
- Bangsa Israel akan memuji-muji nama Tuhan. Mereka akan mengetahui bahwa Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Tidak ada Allah lain yang layak disembah selain Tuhan Allah. Bangsa Tuhan tidak akan malu lagi selama-lamanya.
Renungan/Aplikasi
- Tuhan Allah berkuasa atas segalanya. Kawanan belalang bisa dipakai Tuhan untuk menyerang tanaman, sebagai cara mendidik umat-Nya. Tetapi tidak selamanya Tuhan membiarkan umat berada dalam masa sulit. Tahun-tahun krisis digantikan Tuhan dengan tahun kelimpahan. Semua berada dalam kendali Tuhan. Karena itu, ketika kita mengalami kerugian dalam usaha, mungkin selama pandemi banyak usaha yang sulit berkembang bahkan harus tutup, tetap imani bahwa Tuhan sanggup memulihkan segalanya. Hanya Tuhan satu-satunya yang mampu.
- Evaluasi diri. Kita juga perlu memeriksa cara hidup kita, cara kerja kita, evaluasilah semua itu. Kita harus terus bekerja dengan baik dan jujur, menjaga hidup kita sesuai dengan firman-Nya. Kita tetap bekerja, Tuhan tetap memberkati. Pekerjaan dan usaha kita menjadi cerminan kehidupan beriman kita. Invocatio Kej 1: 26 juga menjadi pengingat bahwa manusia diberi hikmat karena diciptakan menurut gambar Allah, karena itu dalam menggunakan kuasa atas alam bukan mengeksploitasi untuk kepuasan sendiri, tetapi dengan berhikmat untuk kebaikan segenap ciptaan. Etika kerja Kristen adalah bekerja bersama Tuhan dan untuk Tuhan juga sesama.
- Tuhan memberi berkat atas apa yang kita kerjakan. Seperti hujan yang diturunkan di awal dan di akhir musim untuk menumbuhkan apa yang ditanam oleh bangsa Israel, demikian juga Allah menurunkan berkat-berkatNya atas pekerjaan dan usaha kita. Maka kita memiliki tugas untuk bekerja. Persiapkan diri untuk berkat Tuhan yang akan datang, kerjakanlah bagian kita dengan benar. Jangan membuang-buang waktu dan bermalas-malasan. Berkat Tuhan tercurah dengan porsi yang tepat sesuai dengan yang IA lihat. Bekerjalah dengan hati penuh syukur dan pakaikan pekerjaan kita bahkan seluruh hidup kita jadi kemuliaan bagi Tuhan (bdk doksologi Yudas 1:24-45).
Pdt. Yohana Ginting S.Si (Teol)-Runggun Cibubur