MINGGU 16 JUNI 2024, KHOTBAH 1 PETRUS 2:11-17

Invocatio  :

Nehemia 5:5

Ogen  :

Amos 5:18-24

Kotbah  :

1 Petrus 2:11-17

Tema :

Mehamat Man Pemerentah

 

Minggu ini kita memasuki minggu gereja dan negara, minggu ini membawa kita supaya bisa melihat bagaimana Allah memilih seseorang penjadi pemimpin di dalam suatu negara sebagai perpanjangan tangan Tuhan untuk menunjukkan kasih-Nya kepada kita, dan juga bagaimana peran dan tanggungjawab kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan.

Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum Bersama undang-undang serta kewenangan untuk mengatur komunitas di wilayah tertentu, yang umumnya adalah negara. Pemerintah juga adalah sebuah aktivitas pelayanan yang menjamin bekerjanya Lembaga-lembaga pemerintahana umum dan berfungsinya unit-unit pemerintahan baik internal maupun eksternal, terhadap para warganya.[1]

Sebagai orang Kristen kita memiliki dua kewarganegaraan yang pertama kita sebagai warga Kerajaan Allah, dan yang kedua kita sebagai warga negara yang masih hidup dunia ini. Dari konsep ini rasul Petrus menempatkan orang-orang Kristen sebagai seorang pendatang dan seorang perantau di dunia ini (ayat 11), oleh karena itu kita harus perilaku baik di Tengah-tengah kehidupannya, jadi bagaimana kita menjalani kehidupan ini? Yang pertama, orang Kristen harus menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging atau dengan kata lain orang Kristen harus menjaga dirinya supaya tidak dicemarkan oleh dunia. Yang kedua, orang Kristen harus melakukan perbuatan baik yaitu menjadi garam dan terang dunia (Lih Mat. 5:13-16).

Dalam lingkup pemerintahan, hubungan kita adalah sebagai warga negara, dan sikap kita harus ditandai dengan ketaatan dan menghormati pejabat pemerintah. Salah satu tuduhan yang selalu ditimpakan kepada umat Kristen abad pertama adalah bahwa mereka dikatakan penghianat terhadap pemerintah Romawi. Mereka di tuduh menolak menyembah Kaisar, karena mereka menyembah Yesus sebagai Raja. Karena itulah orang-orang Kristen abad pertama dianggap sebagai penghianat (Lih. Yoh 19:12 dan Kisah 25:8). Untuk membungkam fitnahan itu rasul Petrus melalui suratnya mengatakan yang harus dilakukan orang Kristen adalah menaati dan mematuhi lembaga pemerintahan. Berikut beberapa alasan yang sangat mendasar dalam nats kotbah 1 Petrus 2:13-14 mengapa ketaatan kepada pemerintah begitu penting bagi orang percaya.

  1. Takut akan Allah sebagai dasar ketaatan kepada pemerintah

Rasul Petrus memberikan nasihat kepada orang Kristen yang hidup ditengah-tengah bangsa kafir, ia berkata: Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik (1Ptr. 2:13-14). Schultz menyampaikan bahwa, tunduk kepada otoritas pemerintahan manusia “demi Tuhan” menunjukkan iman yang besar kepada Tuhan yang memiliki kekuasaan tertinggi. Orang percaya hanya dapat tunduk pada batasan penyerahan tersebut sebab kita percaya bahwaTuhan yang memegang kendali atas hidup kita.[2] Frasa “karena Allah”, Inggris: for the Lord’s sake; Yunani: διὰ τὸν κύριον (diá tón kýrion) oleh Expositor’s Greek Testamen menjelaskan artinya, ialah (1) retrospektif—yaitu, karena Yesus berkata, serahkan apa yang menjadi milik Kaisar kepada Kaisar, atau (2) perspektif demi Allah; kesetiaan Anda sebab penghargaan Anda terhadap Dia yang bertahta di surga. Dari perspektif lain, sebagai orang Kristen yang percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah yang disampaikan melalui para penulis seperti rasul Petrus, maka ketaatan pada firman Tuhan tersebut merupakan suatu kemutlakan. Menurut Rita Wahyu menjelaskan bahwa ketaatan atau kepatuhan memiliki nuansa makna: mendengar, memperhatikan, merespons. Ini adalah sikap ketaatan dalam ungkapan lain “takut/hormat”, misalnya “takut akan Allah” sehingga gagasan dalam ketaatan artinya selalu mendengarkan dan melakukan apa yang diperintahkan Allah.[3] Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa iman, serta rasa takut dan hormat kepada Allah yang memiliki orotitas tertinggi menjadi landasan ketaatan kepada lembaga pemerintahan manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari perspektif rasul Petrus orang Kristen adalah warga yang taat hukum, cermat dan penuh disiplin.

  1. Pemerintah di tetapkan oleh Allah

Orang Kristen dinasihati agar tunduk pada otoritas pemerintah duniawi yang Allah tentukan selama mereka menantikan hari pemerintahan Allah atas dunia mencapai puncaknya. Oleh karena itu, ketaatan ini adalah penundukan kepada tatanan yang Allah tetapkan. Ridderbos menyampaikan bahwa pemerintah adalah institusi sementara yang Allah kehendaki selama umat-Nya hidup di dalamnya. Kita percaya bahwa semua kekuasaan ada karena rencana Allah, termasuk pemerintahan (Roma 13:1), oleh sebab itu menentang pemerintah berarti menentang tujuan Allah (Roma 13:2). Apa tujuan Allah itu?? pemerintah adalah wakil Allah/hamba-hamba Allah agar kebenaran dan keadilan dapat ditegakkan, (Roma 13:3-4), yaitu Tindakan yang jahat dihukum, perbuatan jahat ditahan melalui ketakutan akan hukuman serta kebaikan dikembangkan dan didorong. Dengan kata lain para penguasa adalah hamba-hamba Allah, wakil Allah untuk melaksanakan tujuan-Nya bagi dunia, maka setiap orang termasuk orang Kristen tunduk kepada pemerintah. Ketidaktundukan kepada pemerintah ialah perlawanan terhadap Allah.

 

  1. Kasih Sebagai Dasar Ketaatan kepada Pemerintah ayat 15-17

Ada dua kata yang menjadi dasar dari ketaatan yaitu mengasihi dan melakukan. Ketaatan yang sejati haruslah berdasarkan kasih. Karena itulah Kristus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” (Yohanes 14:15). Jika seseorang benar-benar mengasihi Tuhan, ia akan melakukan perintah Tuhan tersebut dan terasa ringan atau tidak berat (1 Yoh. 5:3). Ketaatan juga berkaitan erat dengan penundukan diri, yaitu Tindakan sukarela dari seseorang untuk menempatkan dirinya di bawah kuasa orang lain, sehingga Petrus katakan di ayat 16 hiduplah sebagai orang yang Merdeka, yang manaati pemerintah bukan karena keterpaksaan tetapi memang dari hati. Sebagai pengikut Kristus yang baik, orang Kristen diminta untuk menunjukkan sikap yang baik kepada pemerintah yaitu tunduk dan taat. Rasul Petrus tidak menyingkirkan tanggungjawab orang Kristen sebagai warga negara, tetapi justru mengajarkan kita supaya menjadi teladan dan terang termasuk dalam hal ketaatan.

Lalu yang menjadi pertanyaan ketika pemerintah tidak melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah di dalam pemerintahannya, apakah orang Kristen tetap taat dan tunduk kepada pemerintah?? Allah memang menetapkan pemerintah, namun tidak menyetujui kejahatannya, sehingga orang Kristen tidak perlu menaati kejahatan dan hukum yang tidak alkitabiah yang di tetapkan pemerintah. Pemerintah berada di bawah hukum Allah, dan pemerintah bukanlah hukum Allah. Orang Kristen harus tetap mampu memperdengarkan suara kenabian ketika pemerintahan yang berjalan tidak sesuai dengan kehendak Allah, orang Kristen tidak boleh terkurung di dalam jona nyamannya, kerena Tuhan kita tidak akan menerima persembahan yang kita berikan, tidak akan menyukai nyanyian pujian yang kita lantunkan di ibadah-ibadah kita (bnd Amos 5:18-22), Ketika kita tidak peduli dengan sekitar kita yang membiarkan ketidakadilan terjadi di mana-mana, penindasan terjadi, kemiskinan dan kelaparan ada di depan mata tetapi kita hanya berdiam diri saja. Gereja memang tidak berpolitik, namun gereja (orang Kristen) bertanggung jawab terhadap kesejahteraan bangsa dan negara. Sebagai orang Kristen yang taat kepada Allah harus meneladani sikap Yesus yang amat tegas menyatakan kebenaran saat menghadapi Sanhedrin dan Pontius Pilatus (Mat.26:26; Luk 22:66-71; Yoh. 18:33-38; 19:10-11). Orang-orang Kristen sebagai gereja yang hidup harus berfungsi sebagai pagar politik bagi negara, kita memiliki tugas untuk mengingatkan negara tentang Batasan-batasan kekuasaan yang dimiliki negara dan tanggung jawab negara kepada Tuhan. negara dan tanggung jawab negara kepada Tuhan, dengan kata lain dapat dikatakan orang-orang Kristen dalam menyuarakan kebenaran harus sesuai Aturan dan hukum yang berlaku.

Sebagaimana yang telah dinasehatkan Petrus, kita harus siap untuk melakukan setiap perbuatan baik. Jangan hanya menyalahkan pemerintah. Apa lagi sampai membuat luntur sememangat kewarganegaraan kita. Bertanyalah kepada diri sendiri apa yang mampu kita lakukan untuk mendukung kekurangan yang sudah pasti ada di setiap pemerintahan. Mari kita mulai dari aktivitas-aktivitas dan lingkungan sehari-hari. Jika tiba saatnya membayar pajak, bayarlah tepat waktu dengan jumlah yang sesuai dengan peraturan. Saat lampu merah mulai menyala, berhentilah, jangan malah tancap gas, berpikirlah apa yang bis akitabisa kita lakukan untuk orang-orang di sekitar kita yang lemah ekonominya. Beberapa waktu belakangan ini, saya mengamati banyak postingan media sosial yang viral dan berdampak positif. Jalan yang rusak diperbaiki. Orang kesusahan mendapat bantuan. Hanya bermodal jari dan smartphone, mereka bisa melakukan perubahan. Gampang, bukan? Jadi, marilah kita berlomba-lomba untuk menjadi mitra pemerintah. Tentu saja, selama tidak melanggar perintah Allah (Kis. 5:29), penguasa kita yang utama.

Vic. Randa

 

[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah,

[2] John Schultz, “Commantary First Peter” (www.Bible-Commantaries.Com, 2006), 13, https://www.bible-commentaries.com/source/johnschultz/BC_1Peter.pdfa, diakses pada 28 April 2024

[3] Rita Wahyu, “Shema: Dengar, Respon & Tanggung-Jawab,” Sarapan Pagi Biblika Ministry, last modified 2009, https://www.sarapanpagi.org/shema-dengar-respon-tanggung-jawab-vt3119.html, diakses 28 April 2024

MINGGU 09 JUNI 2024, KHOTBAH 2 TESALONIKA 3:1-5

Invocatio 

: Berdoalah terus untuk kami, sebab kami yakin bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik (Ibrani 13:18)

Ogen :

Keluaran 17:8-16 (Tunggal)

Khotbah :

2 Tesalonika 3:1-5 (Tunggal)

Tema : Ertoto Guna Serayan Dibata (Berdoa Untuk Hamba Tuhan)

  

I. Pendahuluan

Seperti ungkapan Rohani mengatakan “Tidak ada kata yang lebih indah selain Doa”. Ada beberapa kata doa dalam Perjanjian Lama untuk menunjukkan berdoa Tepilah artinya doa atau permohonan (Yun 2:7), inilah yang sering dipakai untuk kata doa. Palal artinya berdoa (1 Raj 18:28) dan paga artinya bersekutu dengan Allah (Yeh 7:16, Yes 53:12, 59:16). Disamping itu juga ada istilah zaaq artinya doa teriakan dan tangisan (Yun 1:5), halal yaitu doa pujian (Mzm 117:1, Kel 32;11) dan qara artinya doa seruan. Di dalam Perjanjian Baru beberapa istilah yang dipergunakan untuk menjelaskan tentang doa yaitu: prosekumai artinya doa pribadi (Bdk Mat. 7:7, 14:7, 27:20, Luk. 23:23, Kis. 9:2) inilah yang sering dipakai dalam kata doa. ganupeto yaitu doa meminta pertolongan (Kis. 8:22. 21:39, 26:3, Luk. 21:36), proskuneo yaitu doa penyembahan, doa bersama dalam ibadah umum (Kis. 10:28, Mat. 14:33). Dalam Perjanjian Lama berdoa adalah perbuatan yang penting dalam hubungan antara umat dengan Allah. Pada jaman bapa leluhur doa cenderung dipahami sebagai simbol hubungan yang erat antara Allah dengan para leluhur (Kej 12:1-3, 15:2, 26:25, 28:20-22). Doa di dalam Perjanjian Baru dibangun menurut teladan yang telah dilakukan oleh Yesus di dalam Doa Bapa Kami (Mat. 6:9-14).

Kata hamba dalam Perjanjian Lama yaitu “eved” atau “ebed”, yaitu budak, hamba, pelayan. Artinya, seseorang bekerja untuk keperluan orang lain, untuk melaksanakan kehendak orang lain atau ia adalah pekerja milik tuannya. Sedangkan kata Hamba dalam Bahasa Yunani adalah “Doulos” adalah budak, dahulu kala hamba itu diperjualbelikan, maka hidup seorang hamba ditentukan oleh tuannya, bahkan Ketika sesorang itu mendaftarkan kekayaannya seperti domba, lembu dan juga didaftarkan jumlah budak yang dia miliki. Dalam hidup keagamaan Israel kata itu dipakai untuk menunjukkan kerendahan diri seseorang dihadapan Tuhan. Jadi hamba Tuhan berarti orang yang menjadi milik Tuhan, berbakti dan melakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai panggilan hidupnya serta mengabaikan kepentingan sendiri.

Pelayan Tuhan (Servant Of God) disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama. Hamba adalah orang sepenuhnya taat kepada tuannya karena hidupnya sidah dibeli dan dirinya sepenuhnya bukan lagi haknya. Sehingga jika ingin lepas dari perhambaan harus ada penebusan. Tugas hamba Tuhan memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan iman jemaat. Tugas hamba Tuhan itu adalah sebagai Imam, sebagai gembala dan sebagai pemimpin. Di sisi lain berkaitan dengan tugas dan panggilannya bahwa gereja diutus ke dunia dan berada di Tengah-tengah dunia untuk melakukan Missio Dei, dunia yang Allah kasihi dan demi dunia inilah orang Kristen dipanggil untuk menjadi garam dan terang (Yohanes 3:16 dan Matius 5:13). Inilah yang seharusnya menjadi motivasi dari setiap orang Kristen Ketika menjalankan tugas dan fungsinya.

Firman Tuhan dalam 2 Tesalonika 3:1-5 yang diberi tema “Bekerja dan Berdoa” merupakan surat Rasul Paulus yang dialamatkan kepada jemaat yang ada di Tesalonika yang mengandung penguatan dan teguran untuk mendorong orang percaya untuk setia ditengah-tengah penganiayaan yang dialami. Meskipun demikian Rasul Paulus memuji jemaat yang memiliki iman yang teguh. Rasul Paulus menasihati supaya berdoa dan bekerja (Ora et Labora) menjadi bagian dalam hidup jemaat. Bekerja bagi Paulus adalah sebuah keharusan dan bekerja adalah wujud ketaatan kepada Tuhan yang telah menganugerahkan sebagai pekerja. Paulus terus mendorong jemaat agar jemaat termotivasi melakukan pekerjaan dan dengan demikian mereka makan dari hasil pekerjaannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Khusus dalam bahan kita kali ini membahasa bagaimana kaitan doa dengan hamba Tuhan dalam tugas pelayanannya.

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

Pelayan Tuhan (Servant of God), disebut juga Hamba Tuhan atau Hamba Allah,

adalah gelar yang diberikan kepada seorang individu dalam berbagai agama; dan secara

II. Isi

Kotbah: 2 Tesalonika 3:1-5

Ayat 1-2 “Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman”. Paulus mendorong jemaat agar berdoalah untuk kami (Paulus, Silas dan Timotius) supaya pemberitaan firman Tuhan yang dilakukan beroleh kemajuan dan dimuliakan. Kemajuan yang dimaksud supaya orang-orang menjadi percaya kepada-Nya dan memuliakan-Nya. Juga dengan berdoa terhindar dari setiap rancangan orang-orang jahat. Berdoa adalah cara orang percaya untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Berdoa adalah sebuah aktivitas yang dilakukan untuk memohon atau meminta sesuatu kepada-Nya, dengan harapan bahwa apa yang didoakan didengar dan dijawab oleh Tuhan. Doa adalah nafas hidup bagi orang percaya, jadi jika kita tidak berdoa maka kehidupan rohani akan mati. Doa merupakan bangunan iman dan kekuatan dari orang percaya dalam menjalani kehidupan spiritual juga dalam menghadapi tantangan. Dengan berdoa kita sadar bahwa orang percaya tidak bisa berbuat apa-apa dan ia hanya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Walaupun saat ini banyak orang yang tidak lagi berdoa karena ia hanya mengandalkan kekuatan dan kecerdasannya.

Paulus menekankan bagaimana pentingnya berdoa, agar firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan. Dengan kata lain agar pemberitaan Injil yang dilakukannya beroleh kemajuan dan berkembang dengan pesat. Kemajuan yang dimaksud agar semakin banyak orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus. Kedua, agar ia terhindar dari para pengacau dan orang-orang jahat. Pengacau yang dimaksud yaitu orang-orang yang mengajarkan ajaran sesat. Mereka yang memusuhi pemberitaan Injil dan yang menganiaya orang percaya. Orang-orang jahat adalah mereka yang melakukan perbuatan yang dilarang Tuhan, melawan aturan dan hukum, mereka itulah orang-orang yang belum percaya.

Ayat 3-5 “Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat”. Dalam ayat ini selanjutnya Paulus menunjukkan keyakinannya bahwa Tuhan akan menguatkan/meneguhkan hati mereka dan memelihara jemaat dari segala hal jahat. Bagi Paulus, Tuhan itu setia terhadap janji-janji-Nya. Ia percaya pada Tuhan, Dialah yang akan memampukan jemaat agar tetap konsisten dalam keyakinan iman, tetap berpegang teguh pada apa yang telah diajarkan oleh Paulus dan melakukannya. Paulus memiliki keyakinan yang besar bahwa jemaat Tesalonika akan terus melakukan apa yang mereka inginkan di masa depan, bahwa mereka akan terus melakukan apa yang kami perintahkan, hal ini dikarenakan jemaat Tesalonika telah mempercayai kabar baik dan firman-Nya, bahwa berjalan dalam ketaatan pada perintah Tuhan adalah jalan untuk mengalami kepuasan terbesar dalam hidup, serta hal ini sangat membutuhkan iman untuk meyakini dan melakukannya. Selanjutnya Paulus menegaskan bagaimana kepercayaannya kepada Tuhan dalam ayat 4 “Dan kami percaya dalam Tuhan” selama ini dalam pemberitaan Firman dari satu tempat ke tempat lain kekuatan Paulus tidak lain adalah Percaya dalam Tuhan. Dan ia memohon pada Tuhan agar jemaat memiliki hati untuk tetap mengasihi Allah dan meneladani ketabahan Kristus dalam menjalani penderitaan, inilah yang ditekankan Paulus dalam ayat 5 “Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus” Ketabahan Kristus adalah berjalan dalam ketaatan kepada Bapa-Nya, percaya bahwa perintah-perintah Bapa-Nya adalah demi kebaikan-Nya, dan bahwa upah yang Bapa berikan sepadan dengan penderitaan yang mereka tanggung (Filipi 2:5-10). Inilah salah satu tema besar surat Tesalonika ini, yaitu bahwa dengan kasih mereka bertumbuh dalam iman, namun mereka juga harus memiliki ketabahan untuk menahan serangan dunia yang menimpa mereka. Dan kasih serta ketabahan ini berasal dari Tuhan kita.

Ogen: Keluaran 17:8-16

Dalam pembacaan kita dalam Kitab Keluaran 17:8-16 ini menunjukkan bagaimana kesatuan hati sebagai hamba-hamba Tuhan. Kesatuan hati itu terlihat dalam kerja sama Musa, Harun, Hur dan Yosua sebagai pemimpin bangsa Israel untuk melawan bangsa Amalek. Tugas Yosua adalah meminpin bangsa Israel untuk berperang, serta yang perlu dilihat disini khusus dalam ayat 10 “Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya…Tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit” dalam ayat ini sangat jelas bahwasanya dalam kerja sama itu jangan ada yang merasa lebih kuat atau merasa superior sehingga tidak lagi menghiraukan arahan dari pemimpin atau tidak menghiraukan rencana-rencana yang telah dibuat, hal ini akan membuat kegagalan bahkan kekalahan dalam peperangan. Sedangkan tugas Harun dan Hur menopang tangan Musa untuk dapat mengangkat tangannya ke atas selama peperangan berlangsung, karena Ketika tangan Musa turun maka bangasa Israel kalah berperang tetapi jika tangan Tuhan tetap terangkat ke atas maka bangsa Israel menang berperang. Tangan Musa ke atas ini memiliki arti Berdoa dan tetap meminta pertolongan kepada Tuhan, berarti dalam hal ini dapat kita katakan kebersamaan dan Kerjasama mereka merupakan Doa bersama atau saling mendukung dalam doa.

 Invocatio: Heber 13:18

“Berdoalah terus untuk kami, sebab kami yakin bahwa hati nurani kami adalah baik, karena di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup yang baik” Dalam invocation ini diingatkan bagaimana pentingnya berdoa, dukungan doa ternyata sangat dibutuhkan sekali dalam kehidupan begitu juga dalam pelayanan, sehingga dikatakan “Berdoalah terus untuk kami”. Dalam pengertian berdoa itu tidak ada hentinya atau dengan kata lain selama kita hidup. Berdoalah apa yang akan dikerjakan dan dilakukan supaya kita diteguhkan dan tekun dalam menjalaninya. Doakan juga apa yang dicari dan diminta dalam nama-Nya, dengan meminta rahmat yang dijanjikan, kita harus bersyukur kepada Sang Pemberi Kehidupan dan mengakui kebergantungan kita kepada-Nya.

Kesimpulan

1. Bekerja dan berdoa adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Orang percaya tidak mungkin bekerja hanya mengandalkan kekuatan sendiri tanpa mengharapkan pertolongan Tuhan. Sebaliknya tidak mungkin pula hanya berdoa saja tanpa berusaha/bekerja. Antara berdoa dan bekerja harus berjalan seiring, tidak boleh yang satu diutamakan dan yang lain diabaikan. Jadi berdoalah untuk apa yang akan dikerjakan dan kerjakanlah apa yang telah didoakan, hanya dengan demikian orang percaya akan sukses menjalani kehidupan.

2. Martin Luther mengatakan doa adalah napas bagi orang percaya (kristen). Paulus mengatakan, “Tetaplah berdoa (I Tes. 5:17). Ada nyanyian yang syairnya berkata bahwa jarak antara Tuhan dan manusia hanyalah sejauh doa. Di dalam doa, selain kita bersyukur di dalamnya kita memohon dan meminta kepada Tuhan yang kita percayai. Tuhan senantiasa menantikan setiap orang percaya yang datang kepada-Nya, dengan memohon dan meminta dalam doa. “Dan apapun yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya” (Mat. 21:22).

3. Paulus sadar bahwa ia hanyalah alat Tuhan yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolongan-Nya. Ia hanya mengandalkan kekuatan Tuhan semata-mata untuk mengerjakan tugas pelayanan dan dalam menghadapi segala tantangan, sehingga doa itu sangat penting dan utama bagi dia. Begitu juga ia memohon kepada jemaat untuk mendoakannya agar pelayanan yang dilakukannya beroleh kemajuan, bertumbuh dengan pesat seperti yang terjadi di Tesalonika, dimana semakin banyak orang menjadi percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Sekaligus ia berharap agar melalui saling mendoakan mereka dalam pelayanan terhindar dari setiap rancangan orang-orang jahat. Hanya dengan kekuatan doa dapat memampukan dia untuk mengerjakan segala sesuatu yang dipercayakan oleh Tuhan. demikianlah dalam bahan kotbah, ogen serta invocation ketiganya berorientasi dan menekankan tentang doa dan Kerjasama.

4. Hamba Tuhan harus berpusat pada Allah atau God Center, betapa pun kita mencintai suatu jemaat atau pelayanan yang telah Tuhan percayakan, bagian kita tetaplah pelayan. Arti sederhana dari pelayan adalah siap ketika sang tuan memberi perintah dan melakukan tugas yang baru walaupun menggangu zona kenyamanan kita. Sehingga Pelayanan itu harus berorientasi jiwa atau Man Oriented bukan program oriented atau sekedar berorientasi menjalankan program. Pernyataan tersebut baru bisa benar apabila orang yang melayani bergaul akrab dengan orang yang dilayani sehingga Pelayan itu harus melayani dengan kerendahan hati dan kasih (Matius 20:27-28). Begitu mulia tugas dan tanggung jawab seorang Hamba Tuhan, hendaklah jemaat juga mengambil bagian untuk mendukungnya dengan cara mendoakannya setiap saat, begitu juga antar Hamba Tuhan juga harus saling mendukung dalam doa.

Pdt Julianus Barus-Runggun Bandung Pusat

MINGGU 02 JUNI 2024, KHOTBAH LUKAS 24:44-49

Invocatio :

“Tetapi penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam namaKu, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu” (Yoh. 14 : 26).

Bacaan :

Daniel 4 : 34 - 37

Khotbah :

Lukas 24 : 44 – 49

Tema :

Saksi Injil (Saksi Berita Si Meriah)

 

I. Pendahuluan

Bersaksi atau memberikan kesaksian merupakan tindakan untuk meyakinkan orang lain dengan memberikan penjelasan. Namun bersaksi tidak mudah ketika berita yang disampaikan sulit dipahami karena cara bicara si pemberi penjelasan. Ketidakmudahan ini karena mungkin si pemberi berita bukanlah orang yang fasih dalam menyampaikan pesan; atau si pemberi pesan diragukan kredibilitasnya dalam menyampaikan kebenaran. Dengan kata lain, keberhasilan dalam bersaksi adalah isi kesaksian dan cara penyampaian kesaksian itu sendiri.

 

II. Isi/ Tafsiran

Invocatio : Yohanes 14 : 26

Ini adalah teks pertama dalam Injil Yohanes yang mengutip perkataan Yesus yang menyebutkan identitas Sang penolong yang dijanjikanNya kepada para murid, yaitu Roh Kudus (Yunani “parakletos” yang artinya penolong dan penghibur). Roh Kudus akan meneruskan misi pengajaran dan pelayanan Yesus di dunia dengan membukakan pengetian para murid tentang Yesus dan karyaNya. Roh Kudus yang akan memampukan para murid memahami dan mengerti segala sesuatu dengan benar dan penuh tentang pekerjaan Allah bagi manusia. Pekerjaan Roh Kudus akan menghasilkan keberanian, ketaatan dan damai sejahtera bagi para murid dalam melaksanakan tugas panggilan pelayanannya sekalipun mereka akan menghadapi berbagai penderitaan, penolakan dan ancaman.

Bacaan : Daniel 4 : 34 – 37

Tuhan sudah dua kali menyatakan teguranNya kepada raja Nebukadnezar melalui mimpinya, tetapi mimpinya yang kedua yang melalui Daniel arti mimpi itu disingkapkan juga tidak membuatnya bertobat secara utuh, hanya satu tahun lamanya ia berubah. Namun sewaktu Babel selesai dibangun, dalam kesombongan dan keangkuhannya ia kembali meninggikan diri dengan mengatakan bahwa semua itu adalah oleh karena kekuatan dan kuasanya (ay. 30). Sukase membuat orang sombong dan kesombongan membuat orang meninggikan diri sehingga lupa bahwa segala sesuatu yang boleh ia raih merupakan pemberian Tuhan. Oleh karena itu Tuhan menyatakan kuasaNya, memberi teguran keras dan langsung kepada Nebukadnezar. Mimpinya jadi kenyataan, pikiran dan kesadarannya hilang, ia hidup seperti binatang (ay. 32 - 33) dan hal itu dialaminya selama tujuh tahun. Sampai akhirnya teguran keras itu melahirkan kesadaran akan dosa oleh karena kesombongan diri dan pengakuan akan kemahakuasaan Allah, yang merendahkan orang-orang yang congkak dan tinggi hati. Nebukadnezar menyatakan pengakuan dan penyembahannya kepada Allah, raja Sorga oleh karena segala perbuatan, kebenaran dan keadilanNya.

Khotbah : Lukas 24 : 44 – 49

Setelah Yesus bangkit pada hari yang ketiga menaklukkan maut dan kematian sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan para Nabi dan juga dikatakan oleh Yesus semasa hidupNya, IA menampakkan diriNya kepada beberapa muridNya beberapa kali, misalnya: kepada Maria Magdalena (Yoh. 20 : 11 – 18), kepada para Perempuan yang pagi-pagi sekali datang ke kubur Yesus (Mat. 28 : 1 – 10), kepada dua orang murid yang dalam perjalanan ke Emaus (Mark. 24 : 13 – 35) dan kepada para murid yang diceritakan dalam teks khotbah kita. Ketika para murid sedang berkumpul di suatu tempat dengan pintu yang tertutup rapat oleh karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, Yesus menampakkan diriNya bagi mereka. Dimana sementara para murid berkumpul dan mempercakapkan tentang berita kebangkitan Yesus yang telah dipersaksikanNya kepada beberapa orang, Yesus tiba-tiba berdiri ditengah-tengah mereka dan memberi salam : “Damai Sejahtera bagi kamu” (ay. 36). Kehadiran dan ucapan Yesus yang seharusnya memberi ketenangan dan kedamaian bagi para murid ternyata membuat mereka menjadi ketakutan karena mereka menyangka melihat hantu. Bukan hanya rasa takut, tetapi Yesus juga mengetahui bahwa kahadiran Yesus membuat para murid terkejut dan hati mereka dipenuhi keragu-raguan. Yesus sangat mengenal kelemahan dan keterbatasan para murid dalam memahami setiap perkataan yang telah Yesus ucapkan (bukan hanya sekali atau dua kali tetapi berkali-kali). Ketakutan mereka dan juga kesedihan oleh karena kematian Yesus membuat mereka tidak mampu mengenali Yesus dan menerima bahwa yang mereka lihat itu adalah Yesus. Dan mungkin saja apa yang di lihat oleh para murid, mereka anggap sesuatu yang mustahil terjadi . Oleh karena itu Yesus kembali meyakinkan para murid bahwa yang mereka lihat itu adalah pribadi Yesus, IA juga memperlihatkan kaki dan tanganNya kepada mereka untuk menghilangkan keragu-raguan dalam hati mereka (ay. 39 – 40). Dan untuk lebih meyakinkan mereka lagi, Yesus meminta makanan kepada para murid dan Yesus memakannya di depan mereka. Semua itu dilakukan Yesus untuk menyatakan bahwa IA sungguh-sungguh bangkit sesuai dengan yang diperkatakan Firman Tuhan.

Dalam ayat. 44 – 47, Yesus kembali mengingatkan para murid tentang firman Allah yang telah mereka baca dan telah diperdengarkan bagi mereka Ketika Yesus masih bersama-sama dengan mereka bahwa Anak Manusia yang diutus oleh Allah akan mengalami penderitaan sampai mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia sesuai yang dinubuatkan kitab Taurat, kitab nabi-nabi dan Mazmur tetapi akan dibangkitkan pada hari yang ketiga sebagai bentuk kemenanganNya akan dosa yang membawa maut dan kematian. Dalam keterbatasan dan kelemahan para murid, Yesus membuka pikiran mereka untuk dapat mengerti dan memahami firman Tuhan. IA membuat para murid mengerti maksud dan makna yang sesungguhnya dari nubuatan para nabi mengenai Kristus, yang membuat mereka mampu melihat dan menerima bagaimana semuanya itu digenapi dalam diri Yesus Kristus. Setelah Yesus membuka pikiran mereka, IA memberikan mandat sebagai panggilan dan tanggungjawab mereka sebagai saksi dari karya penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus bagi dunia ini (ay. 48). Segala yang telah dinyatakan Allah dalam Yesus Kristus harus mereka sampaikan ke seluruh penjuru dunia sehingga dunia menerima kabar sukacita tentang keselamatan di dalam Yesus. Dalam menjalankan tugas panggilan untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia itu, Yesus memantapkan hati dan komitmen para murid dengan menjanjikan penyertaan sesuai janji Bapa tetapi mereka harus tetap tinggal di dalam kota sampai mereka diperlengkapi dengan kuasa yang berasal dari tempat tinggi (ay. 49).

III. Refleksi/ Aplikasi

Temanta kita adalan menjadi Saksi Injil (Saksi Berita Si Meriah). Menjadi saksi bukanlah perkara mudah, apalagi menjadi Saksi Injil, saksi tentang kabar sukacita tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus. kita sebagai anak-anak Allah yang telah menerima dan mengalami anugerah Allah dalam kehidupan kita, harus berani mempersaksikan segalah kasih dan karya Allah dalam segala aspek dan keberadaan hidup kita. Kapan saja dan dimana saja kita mengemban tanggungjawab untuk nyampaikan dan menyatakan kasih Allah didalam dan melalui Yesus Kristus kepada dunia ini. Hal ini bisa kita lakukan melalui perkataan dan perbuatan kita. dan untuk itu sebagai seorang Saksi Kristus, kita harus :

  • Mengimani dan mengamini apa yang kita persaksikan tentang Allah, karya dan nkasihNya dalam Yesus Kristus karena dalam kenyataannya banyak orang bersaksi tentang apa yang ia sendiri tidak alami dan tidak imani. Seorang saksi Kristus harus memiliki integritas, kesepadanan antara kesaksian dan kenyataan hidup yang ia alami dan praktekkan dalam kesehariannya.
  • Saksi harus memiliki ketetapan hati, tidak boleh berubah-ubah sesuai keadaan. Karena itu seorang saksi harus siap dengan segala resiko yang akan ia terima termasuk dibenci oleh dunia ini apalagi yang kita saksikan adalan tentang Allah dan kebenaranNya.

Bukan hal yang mudah untuk menjadi saksi Kristus dalam kehidupan ini, seperti para murid yang memiliki keterbatasan, kita juga pasti punya keterbatasan apalagi dalam memahami segala perbuatan Tuhan dan firmanNya. Oleh karena itu kita tidak boleh hanya mengandalkan diri dan kemampuan kita, kita harus mengakui keterbatasan kita, merendahkan hati dan memberi diri untuk di tuntun dan dikuasai oleh Roh Kudus untuk menolong dan memperlengkapi kita memahami kebenaran Allah serta mewartakannya bagi orang lain. Selain itu, akan sangat banyak pergumulan, tantangan, penolakan bahkan ancaman yang akan datang kepada kita, Namun tetaplah menjadi saksi Kristus karena Allah akan memperlengkapi anak-anakNya untuk menjadi saksiNya; Allah akan memberi kekuatan, hikmat, sukacita untuk menanggung segala sesuatunya dalam iman dan pengharapan yang teguh; IA akan menyertai bahkan sampai akhir zaman (Mat. 28 : 20b). Dan kita harus tetap mengingat bahwa sejauh apapun pencapaian kita dalam segala pelayanan yang kita kerjakan sebagai bentuk kesaksian kita jangan sekali-kali mencuri kemuliaan Tuhan. Kecongkakan hanya akan mendatangkan kehancuran. Kita ada dengan segala pencapaian kita, itu hanya oleh karena anugerah Allah semata.

[Salah satu keterlibatan kita GBKP dalam menjadi saksi Kristus adalah keikutsertaan kita menjadi anggota UEM, dimana GBKP Bersama dengan gereja-gereja yang menjadi anggota UEM berkomitmen untuk bersama-sama dalam mewartakan Injil dan menatalayankan kasih Allah bagi seluruh dunia. GBKP tidak hanya hadir bagi dirinya saja tetapi mampu memberi diri dalam pelayanan bagi orang lain, GBKP juga tidak hanya menjadi gereja yang mampu menikmati kasih dan berkat Tuhan tetapi menjadi gereja yang mampu mengalirkan dan menyatakan kasih Allah itu bagi orang lain/ bangsa lain. Karena itu di minggu UEM ini kita juga akan mengumpulkan kolekte ektra untuk UEM, sebagai bentuk peran aktif kita mendukung pelayanan UEM. Marilah kita bersama-sama dengan sukacita ikut ambil bagian mendukung pelayanan UEM dan GBKP].

 

Pdt. Elba P. Barus-Runggun Sitelusada

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD