Minggu 03 Juni 2018, Khotbah Kisah Para Rasul 16:6-10

Invocatio :

“Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Inji” (Pilipi 1:27).

Bacaan :

1 Korintus 16:8-12;17-20 (Tunggal)

Tema :

“Pergilah dan tolonglah mereka”

 

1. Pendahuluan
Memberitakan Injil berdasarkan “Amanat Agung Yesus Kristus” kita akui dalam kata tetapi belum tentu kita akui sepenuhnya dalam aksi. Untuk menjawab panggilan memberitakan Injil yang kita lakukan, memilih dan mengangkat seksi PI dan team PI, lalu kita menyebutkan tugas mereka melakukan PI kedalam (mengapa bukan keluar?)

Perkataan Robertson McQuilken dalam bukunya The Great Omission: “Apabila di dunia ini dari sepuluh orang ada sembilan yang terhilang, tiga dari empat orang tidak pernah mendengar adanya jalan keselamatan, dan satu diantara dua orang tidak dapat mendengar berita keselamatan itu, berarti gereja sedang tertidur. Mungkinkah kita berpikir bahwa ada cara yang lain? Atau mungkin kita tidak terlalu peduli”.Kalau dikatakan tidak peduli, sepertinya perkataan yang terlalu keras, tetapi nyatanya kita sibuk dengan urusan “penting” dalam gereja yang tidak kunjung selesai.

Injil seharusnya menimbulkan daya juang untuk meneruskan berita keselamatan bagi orang lain yang sangat membutuhkannya. Mungkin kita perlu diingatkan kembali untuk memberitakan Injil keselamatan, kita perlu dibekali dan perlu diarahkan untuk memberitakannya: bagaimana, kemana dan kepada siapa?Tentunya Roh Kudus memegang kendali dalam tugas pemberitaan Injil dan tetap mau memakai kita untuk bersaksi.

2. Pendalaman Nats
Walaupun Tuhan telah memberikan tugas dan mandat memberitakan Injil, tetapi tidak serta-merta pergi sekehendak hati kemana mereka mau melangkah. Tuhan menentukan pintu mana yang tertutup dan pintu mana yang terbuka. Kita diberitahu bahwa Paulus dan teman-temannya dicegah untuk memberitakan Injil ke Asia, mungkin disebabkan karena saat itu orang-orang di sana belum siap menerima Injil atau ada pertimbangan yang lain pada Tuhan, jadi menurut Tuhan saatnya belum tepat.

Mereka hendak pergi ke Bitinia, tetapi tidak diizinkan. Roh Yesus tidak mengizinkan mereka (ay.7). Saat itu Roh Kudus mencegah mereka, entah itu melalui suara hati dalam pikiran mereka, tentunya mereka belajar untuk peka akan tanda-tanda dalam hati dan pikiran mereka, mereka tentu mempertimbangkan dan memperbincangkan bersama “pengertian yang mereka dapat dalam hati dan pikiran mereka”, ternyata isinya sama dan juga berasal dari Roh yang sama. Pimpinan Roh Kudus ini hendak membuat mereka berhasil dalam tugas memberitakan Injil. Sebab mereka dilarang memberitakan ke satu tempat, tetapi mereka diarahkan ke tempat lain yang lebih membutuhkan. Perhatikan, meskipun mereka memutuskan dan hendak pergi ke Bitinia, namun setelah mengetahui kehendak Allah secara luar biasa, mereka taat dan berubah pikiran. Jika Dia tidak mengizinkan kita melakukan apa yang hendak kita lakukan, kita harus patuh, dan percaya bahwa itulah yang terbaik. Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.Banyak salinan kuno menafsirkannya demikian.Hamba-hamba Tuhan Yesus harus selalu ada di bawah pemeriksaan dan pimpinan Roh Tuhan Yesus, yang mengatur pikiran manusia.

Panggilan Paulus secara khusus ke Makedonia, yaitu Filipi, ibu kotanya, yang agaknya penduduknya kebanyakan orang Roma (ay.21).Di sini kita dapati, Penglihatan yang didapatkan Paulus (ay.9).Paulus memperoleh banyak penglihatan, terkadang untuk menguatkan, terkadang seperti di sini, untuk menuntunnya dalam melakukan pekerjaan. Seseorang muncul di hadapannya, untuk mengatakan kepadanya bahwa Kristus ingin supaya ia pergi ke Makedonia. Di hadapannya berdirilah seorang Makedonia, yang dikenali oleh Paulus mungkin melalui sikap atau logat bicaranya, bisa juga dari pakaiannya. Atau, mungkin orang itu memberitahukannya bahwa ia adalah orang Makedonia. Yang dilihat Paulus adalah seorang Makedonia yang memanggil-manggil dia dan mengirim berita SOS (Save Our Soul!Selamatkanlah kami!).

Menurut beberapa orang, yang dilihat Paulus adalah malaikat yang mengambil rupa orang Makedonia. Atau, seperti anggapan sebagian orang lain, malaikat itu memberi kesan dalam benak Paulus, ketika Paulus dalam keadaan setengah tidur setengah terjaga, gambaran seorang Makedonia, yaitu ia bermimpi melihat orang itu. Pertanyaan kita: “Mengapa bukan Malaikat saja dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil?” Kita harus memahami bahwa Malaikat itu tidak boleh memberitakan Injil sendiri kepada orang-orang Makedonia, tetapi harus membawa Paulus kepada mereka.Ia juga tidak menggunakan kuasanya sebagai seorang malaikat untuk memerintah Paulus pergi, tetapi menggunakan wujud seorang Makedonia yang mengundangnya supaya datang. Intinya bahwa penampilan dan suara orang Makedonia itu menimbulkan belas kasihan Paulus karena kejujuran dan ketulusan permohonannya.Undangan yang ditujukan kepada Paulus. Orang Makedonia ini berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Atau, “Datanglah dan beritakanlah Injil kepada kami.Kiranya kami memperoleh keselamatan dari jerih payahmu.”

Pengelihatan ini dialami sendiri oleh Paulus, bukan bersama teman-temannya.Tetapi saat Paulus menyampaikan pengelihatannya tersebut, teman-temannya percaya bahwa pengelihatan ini datangnya dari Tuhan.Sehingga mereka segera merespons untuk berangkat.Sebab saat Tuhan berkata untuk pergi berarti semua sudah siap, tidak ada lagi alasan untuk menunda. Para pelayan harus berangkat dengan penuh sukacita dan keberanian dalam bekerja ketika mereka merasakan bahwa Kristus memanggil mereka, bukan hanya untuk memberitakan Injil, melainkan untuk memberitakannya pada saat tertentu, di tempat tertentu, dan kepada orang-orang tertentu.Pelayaran Paulus ke Makedonia segera sesudah itu: Dia tidak pernah tidak taat kepada penglihatan yang dari sorga itu , tetapi ia mengikuti tuntunan ilahi ini dengan lebih bersukacita dan lebih puas lagi daripada bila ia menuruti rencana atau dorongan hatinya sendiri.

3. Pointer Aplikasi
Memberi pertolongan bagi orang yang berseru minta tolong kepada kita, mengandung panggilan jiwa dan dorongan yang kuat akan tanggungjawab. Jika kita tidak memberi jawab, berdiam diri saja, apakah hati kita akan tenang dalam damai sejahtera? Apalagi panggilan itu adalah panggilan Allah bagi kita.Berita SOS tidak boleh diabaikan, apalagi menunda-nunda menaati panggilan Tuhan.Keterlambatan atau kelambanan memberitakan Injil mempunyai dampak yang sangat fatal, sebab menyangkut jiwa banyak orang.

Panggilan memberitakan Injil disampaikan kepada pengikut Kristus yang telah lebih dahulu mendapatkan manfaat dari Injil keselamatan. Seharusnya dorongan dari dalam hati untuk meneruskan kabar baik itu kepada orang lain sudah sangat kuat sekali. Orang-orang yang hendak kita kabari, seperti orang-orang yang sedang kehausan dan sangat membutuhkan air.Hendaknya kita juga punya kehausan untuk memberitakannya.Beritakanlah Injil dengan penuhkeyakinan, rela hati dan penuh sukacita.Dan tentunya mengandalkan Tuhan, bukan mengandalkan diri sendiri.

Kita mengagumi kesehatian mereka (Paulus, Silas, Timotius dan Lukas) dalam tugas pelayanan ini menjadi sebuah tanda bagi kita, bahwa dalam tugas pelayanan kita butuh teman dan kebersamaan.Keberhasilan bukan dalam perjuangan pribadi seseorang dengan berkata “saya sukses dalam pelayanan tanpa pernah diskusi dan berkomunikasi dengan yang lain”.Ingat bahwa yang kita beritakan bukan diri kita sendiri, yang kita kejar bukan keuntungan untuk diri sendiri, tetapi menggenapi tugas panggilan dari Tuhan yang mengutus kita.Amin.

Pdt. Sura Purba Saputra
GBKP Harapan Indah

Minggu 27 Mei 2018, Khotbah Yohanes 3:1-8

Invocatio :

“Ndarat kenca Yesus ibas lau nari, rempet idahNa langit talang, janah kesah si Badia nusur ku baboNa bagi Nderapati” (Markus 1:10).

Ogen  :

Yehezkiel 36: 25-28

Tema   :

kerina kam arus tubuh peduakaliken

1. Kata perlebe

Melala kita ngataken maka adi enggo ikut kugereja, ikut perpulungen jabu-jabu reh ka ku PA kategorial nggo pasti bengket kubas kerajaan Dibata. Memang adi bagi silakoken ibas geluhta terlihat enggo mehuli tetapi apakah hal enda enggo sada kebenaren si pasti ? akap kami e perlu irenungken kembali. Sada sisimungkin enggo mehuli tapi ibas sisi sideban e perlu kembali sirenungken. Gelah ula kita terjebak kubas kesombongan rohani ? si perlu terus siperhatiken eme pusuh ukurta enda ipelimbarui Dibata. Uga kin maksudna pusuh ukur siipelimbarui Dibata ?

2. Isi

Prikopta eme percakapen Nikodemus ras Yesus. Nikodemus eme sekalak pemimpin agama kalak Yahudi ras ia kalak parisi bahken ia I juluki pengajar Israel ( ay 10). Ibas sada berngi, Ia reh ndahi Yesus alu nungkun nina : “O guru, ieteh kami maka Kam me guru si isuruh Dibata. Sabab ise pe labo ngasup erbahan tanda-tanda sengget bagi siibahanNdu, adi la kin Dibata ras ia”. Nikodemus reh man Yesus ibas berngi, mungkin enda ilakokenna gelah ula ieteh jelma sienterem. Tapi ibas sisi sideban teridah maka Nikodemus secara terbuka reh man Yesus amin pe Yesus ianggapna sebagai “guru”. Bagi Nikodemus tanda-tanda sengget sini bahan Yesus e ncidahken maka Yesus e lebihen asang Yohanes. Ras tanda-tanda Mujizat sibahan Yesus e mungkin sebagai tanda kerajaan Dibata secara politik. Tapi Yesus njababsa alu mereken pengertin simbaru man NIkodemus tentang kerajaan Dibata. Nina Yesus “ise pe labo ngejapken Dibata rajana adi labo ia tubuh pedua kaliken”. Megi perkataan Yesus Niodemus balik nungkun “banci kin kalak mbelin tubuh pedua kaliken ?”. ijenda teridah konsep kerajaan Dibata ibas pimikiren Nikodemus ras kerajaan Dibata simaksud Yesus berbeda. Nikodemus sebagai pemimpin agama Yahudi masih terikat akan pemikiren kalak Yahudi yang mengklaim dirinya sudah masuk kerajaan Allah erkiteken ia ilahirken sebagai kalak Yahudi. Emaka guna njabab Nikodemus ibas ay 5-8 Yesus ngataken maka sibanci bengket kubas kerajaan Dibata eme kalak situbuh ibas lau ras dingen kesah Dibata. Ras ikataken Yesus maka manusia tubuh ibas orang tua nari tubuh secara daging tapi ibas kesah ia tubuh secara pertendin. Alu e ngatakenca maka Nikodemus (kerina kalak) si atena bengket kubas kerajaan Allah harus dilahirkan kembali secara pertendin. Yesus negaskenca maka kalak sibengket kubas kerajaan Dibata labo cukup erkiteken ia kesusuren kalak Jahudi tapi pe harus iubah secara pertendin. Iterusken Yesus njelaskenca alu ngataken angin rembus ku atena, janah ibegindu sorana, tapi la ietehndu ija nari rehna janah entah kuja perlawesna. Bagepe kalak situbuh ibas kesah Dibata. Ertina Yesus mau menjelasken maka kalak situbuh secara pertindin e susah akap manusia ngantusisa tapi ibas Dibata e labo hal simetahat. Dibata ngasup mengubah manusia secara pertendinna.

 3. Pengkenaina

Nikodemus selaku guru pengajar ras pemimpin agama reh ndahi Yesus. Sebab lit ketedehenna guna ngangkai kai siibegina ras siidahna ibahan Yesus. Adi senen kerna kubas kegeluhenta uga nge ketedehen ukurta guna banci ngangkai kerna pengajaren-pengajaren Yesus. Lit dengan nge waktuta guna mpelajarisa ras ngerenungkenca ? Nikodemus memang tujuanna guna ngangkai kai sibegina ras iidahna tapi justru kenca ia jumpa ras Yesus ia mendapatkan pemahaman yang baru silabo terpikirkenca sebelumna. Jadi kit ape ibas perjumpanta secara pribadi ras Tuhan akan memberikan pemahaman simbaru ibas geluhta.

Sini jadi percakapen Jesus ras Nikodemus tentang kerajaan Dibata, tapi Yesus lebih menekanken kerna tubuh peduakaliken. Sebab ise pe labo banci bengket ku bas kerajaan Dibata adi latubuh peduakaliken. Sinimaksud kerna tubuh peduakaliken eme pembaharuan pertendin oleh Roh Tuhan. Kita ibersihen, imurniken ibas kerina kejahaten-kejahatenta sienggo mencemari dirinta. Kita mereken dirint guna ibersihken Tuhan alu KesahNa. Janah banci saja e ilambangken alu babtisen. saja babtisen simaksud ijenda labo asal nggo iperidiken tapi peridin siniikuti alu pertobaten entah kelahiran baru sinidahiken Kesah Sibadia. Janah mereken pusuhna guna tetap ikuasai Kesah si Badia. Janah enda me sini kataken ibas ogenta Esekiel 36:25-28 gelah pusuhta ipelimbarui Dibata. Gelah alu pusuh si enggo ipelimbarui Dibata ciga ateta nandangi dosa janah ngena ateta undang-undang Dibata. kita semakin bijaksana ibas rukur ras bertidak erkiteken pembaharuan Roh Tuhan ibas geluhta.

Pdt. Kristaloni Br Sinulingga, S.Th

GBKP Yogyakarta

Minggu 20 Mei 2018, Khotbah Kisah Para Rasul 10:44-48

Invocatio :

“Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Yohanes 4: 24

 

Bacaan :

Yesaya 40: 12-14 (Antiphonal)

 

Tema :

“Roh Kudus Dicurahkan bagi Orang yang Mendengarkan Firman Tuhan”

 

Pengantar

Peristiwa turunnya Roh Kudus atas para murid Yesus (Kis 2) kita sebut Pentakosta. Pentakosta artinya ke-limapuluh. Suatu tradisi orang Yahudi yang merayakan peringatan 50 hari bangsa Israel keluar dari Mesir. Ketika perayaan Pentakosta bagi orang Yahudi berlangsung, turunlah Roh Kudus atas para murid yang memampukan mereka berkata-kata dalam bahasa lain. Karena itu bagi orang Kristen, kita memperingati Pentakosta sebagai hari turunnya Roh Kudus. Roh yang dijanjikan Tuhan Yesus sebelum IA terangkat ke sorga (Kis 1: 8). Roh Kudus menolong dan menguatkan para murid Yesus untuk bersaksi dengan berani ke berbagai tempat.

Penjelasan Bahan

Kis 10: 44-48 adalah bagian dari perjumpaan Petrus dan Kornelius dalam satu peristiwa yang diatur oleh Tuhan. Petrus, rasul yang telah menerima Roh Kudus, telah bersaksi tentang Yesus. Dengan kuasa Roh ia berkhotbah, menyembuhkan orang lumpuh di pintu gerbang Bait Allah, membangkitkan Tabita, namun sepanjang hidupnya masih dipenuhi dengan segala peraturan orang Yahudi. IA mematuhi segala aturan, mulai dari makanan yang najis sampai orang-orang non-Yahudi yang dianggap belum tahir. Ia belum pernah makan makanan yang haram dan masuk ke rumah orang non-Yahudi. Sampai suatu hari Tuhan datang dalam penglihatan dan mengajarkannya suatu hal baru.

Kornelius, seorang Perwira Italia yang percaya pada Tuhan, saleh, seisi rumahnya menyembah Allah, tekun berdoa, dan ia sangat dermawan pada orang Yahudi yang berkekurangan. Kornelius percaya pada Tuhan tapi ia bukan orang Yahudi. Padanya datang penglihatan, malaikat Tuhan menyuruh Kornelius mengundang Petrus untuk datang ke rumahnya. Kornelius patuh dan mengirim orang untuk mengundang Petrus.

Petrus, yang belum pernah masuk rumah orang bukan Yahudi yang selama yang ia tahu adalah najis, memenuhi undangan Kornelius karena penglihatan tentang makanan yang najis menurut hukum Yahudi. Dalam penglihatan itu ia mendengar Tuhan berkata “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram” (10: 15). Saat Petrus merenungkan apa maksud penglihatan itu, orang utusan Kornelius telah tiba di rumah Simon, tempat Petrus menumpang tinggal. Dua orang dari latar belakang berbeda ini dipertemukan Tuhan untuk rencana yang mulia. Bahwa firman Tuhan dan berita keselamatan telah sampai pada segala bangsa. Roh Kudus tercurah bagi orang yang menerima sabda Tuhan (teks: yang mendengar pemberitaan itu).

Kornelius bersyukur. Petrus belajar. Kornelius perwakilan orang non-Yahudi yang telah menerima berita keselamatan dalam Yesus Kristus dan ke atasnya turun Roh Kudus. Petrus perwakilan orang-orang Yahudi (teks: orang-orang bersunat) yang terbuka pikirannya, untuk tidak lagi membangun tembok pemisah dan pengkotak-kotakan berdasarkan suku.

Kata Petrus: “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.” (10: 34)

“Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” (10: 47)

Statement Petrus juga senada dengan Yesaya 40: 12-14, yang menyiratkan bahwa tidak ada yang lebih berkuasa dari Tuhan, tidak ada yang bisa mengatur Roh Tuhan.

Pada peristiwa ini, batas-batas etnis telah dilampaui. Anugerah keselamatan datang pada segala bangsa yang menerima Yesus sebagai Juruselamatnya. Roh Kudus turun atas segala bangsa yang mau mendengarkan firman Allah.

Aplikasi

1. Roh Kudus dicurahkan ke atas orang-orang yang mendengarkan firman Tuhan

Pekerjaan Roh Kudus tidak terbatas oleh apapun. Manusialah yang senang membuat pengkotak-kotakan. Padahal jelas sekali bahwa tidak ada yang bisa mengatur Roh Kudus untuk turun hanya bagi orang Yahudi saja, atau gereja A saja. Tidak pantas manusia mengatakan, di gereja A tidak ada Roh Kudus, di gereja B ada Roh Kudus. Siapapun kita, bahasa apapun yang kita gunakan, apapun warna kulit dan kebangsaan kita, tidak membatasi pekerjaan Roh Kudus. Saat firman Tuhan diberitakan, Roh Kudus memberi pengertian. Begitu pula saat kita membaca Alkitab secara pribadi maupun bersama-sama. Konfesi GBKP tentang Alkitab poin pertama: Alkitab adalah Firman Allah yang ditulis manusia dengan ilham Roh Kudus. Jika dalam penulisannya Roh Kudus mengilhami, maka dalam pembacaan pun Roh Kudus yang akan memberi pengertian. Sehingga pesannya ‘klop’. Orang tidak akan salah pengertian selama Roh Kudus yang membimbing. Itulah sebabnya setiap akan membaca Alkitab dan berkhotbah, selalu diawali dan diakhiri dengan doa mohon bimbingan Roh Kudus.

2. Orang yang menerima Roh Kudus akan terus haus akan firman Tuhan

Seperti Kornelius dan orang-orang yang bersamanya, meminta Petrus untuk tinggal lebih lama dengan mereka. Seorang Rasul, yang datang untuk memberitakan kabar keselamatan, tentu akan bersaksi lebih banyak lagi tentang Yesus Kristus jika diberi waktu lebih panjang. Tinggal lebih lama berarti pemberitaan yang lebih banyak. Pemberitaan lebih banyak berarti khotbah lebih panjang. Itulah kerinduan Kornelius dan teman-temannya. Rindu akan kebenaran firman Tuhan lebih lagi. Maka pertanyaan bagi pendengar firman masa kini, apakah pengkhotbah kurang menarik dan terlalu panjang ataukah kita yang belum mengandalkan kuasa Roh Kudus? Apakah membaca Alkitab dengan tulisan kecil dan rapat membuat mata mengantuk, atau justru kita yang belum menerima Roh Kudus? Jika kita sudah dipenuhi Roh Kudus, maka hati kita akan terus ingin diisi oleh firman Tuhan. Roh Kudus membuat kita rindu mendengarkan Tuhan.

3. Roh Kudus tercurah bagi orang-orang percaya. IA menolong, membimbing, dan meneguhkan kita untuk hidup kudus seperti yang Tuhan kehendaki. Hadir-tidaknya Roh Kudus dalam perbuatan kita sehari-hari juga dapat dilihat dari buah hidup kita. Apakah hidup kita menghasilkan buah sebagaimana Galatia 5: 22-23 menyebutkan Buah Roh? Apakah kita memiliki: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri? Mari kita periksa diri masing-masing. Selamat Hari Turunnya Roh Kudus.

Pdt. Yohana Samuelin M. Ginting, S. Si. Theol

GBKP Perp. Samarinda

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD