• WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57

  • 20170204 143352
  • 1 peresmian rumah dinas surabaya
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.58
  • pencanangan tahun gereja bks dps
  • WhatsApp Image 2022 02 11 at 11.07.57 1
  • BPMK GBKP KLASIS BEKASI DENPASAR PERIODE 2020-2025
  • PERESMIAN RUMAH PKPW GBKP RUNGGUN SURABAYA

Jadwal Kegiatan

Kunjungan Moderamen GBKP ke GBKP Klasis Bekasi-Denpasar

Minggu 14 Mei 2017:

1. GBKP Runggun Bandung Pusat

2. GBKP Runggun Bandung Timur

3. GBKP Runggun Bandung Barat

4. GBKP Runggun Bekasi

5. GBKP Runggun Sitelusada

MINGGU 08 OKTOBER 2023, KHOTBAH EFESUS 2:11-18

Invocatio :

Kejadian. 1:26

Bacaan :

2 Raja-raja 17:33-41

Tema :

Kristus Kap Si Mpelimbarui Adat / Kristus yang Memperbaharui Adat.

 

 Pendahuluan.

Hidup bermasyarakat dan hidup bergereja, adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Kebudayaan mempengaruhi hidup Kekristenan, sebab sebagai mahluk yang tinggal di dunia ini, manusia selalu berinteraksi dengan keluarga, orang-orang di lingkungan sekelilingnya, lingkungan pekerjaan, suku dan bangsa dengan kebiasaan dan tradisinya dimana ia dilahirkan. itu sebabnya budaya dan agama merupakan identitas yang sulit untuk dipisahkan, Kedua identitas ini diwariskan dari orang tua secara turun-temurun dan dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat.

Perjumpaan antara Injil dan budaya ini sering sekali menjadi polemik di dalam praksis kehidupan berjemaat, ada pro dan kontra terhadap budaya sendiri, misalnya ada yang menolak total semua simbol dan praktek adat budaya, ada yang menerimanya dan mendikotomikan antara iman dan adat budaya, artinya tetap melakukan semua praktek adat dan membedakannya dengan praktek hidup beriman, ada juga yang melakukan transformasi ada dan budaya tersebut. Bahagian yang ketiga inilah yang paling ideal karena Gereja lebih khususnya Kristus, datang ke dunia ini dan mati di Golgota untuk membaharui hidup dan kehidupan kita, baik itu sifat, kebiasaan (kebudayaan), jati diri dan bahkan keberadaan kita sebagai bangsa yang telah jatuh kedalam dosa. Adat istiadat nenek moyang adalah adat yang bertumbuh dengan hadirnya gereja atau Kristus, karena itu adat istiadat harus diterangi oleh injil, sehingga adat itu bisa dipakai oleh orang kristen dalam terang Kristus. Kehadiran gereja harus mencampuri adat istiadat manusia, sehingga adat istiadat tersebut sudah diterangi oleh Injil yaitu adat yang tidak terpisahkan dari Injil dan menjadikan masyarakat budaya menjadi masyarakat budaya yang kristiani.

Pembahasan Teks.

Kota Efesus yang terletak di pantai Laut Tengah, menjadi ibu kota propinsi Romawi yang disebut “Asia”. Kota metropolitan ini bergaya Yunani dan menjadi pusat kebudayaan Yunani serta pusat pemujaan dewi Artemis, selain dewa-dewi yang lain, termasuk penyembahan kepada kaisar Agustus. Di kota Efesus ini bertemu berbagai aliran kepercayaan, agama, pemikiran, budaya, suku, bangsa, dan ras. Maka sebagai kota dengan berbagai bentuk keanekaragaman identitas, gesekan-gesekan sosial pun tak terhindarkan. Akibatnya masing-masing kelompok cenderung kembali kepada identitasnya, membanggakan diri dan menutup relasi dengan yang lain.

Kecenderungan tersebut merasuk masuk dalam kehidupan jemaat di Efesus pula. Maka surat ini bertujuan menanggapi suatu kecenderungan umum di dunia Yunani saat itu, tidak terkecuali orang Kristen, yaitu tendensi kepada individualisme rohani, pembentukan kelompok-kelompok kecil yang hanya terbuka bagi orang-orang yang sehaluan. Orang Yahudi hanya mau terbuka dengan sesama orang Yahudi. Begitu pula dengan etnis dan bangsa yang lain. Bahkan dalam jemaat Kristen pun, orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi masih membuat diferensiasi (pembedaan) diri dengan mereka yang berlatar belakang non-Yahudi.

Bagi orang-orang Yahudi, ada dinding pemisah yang tebal antara mereka dengan bangsa-bangsa lain yang dianggap kafir. Bangsa Yahudi menjadikan sunat sebagai penanda keistimewaan mereka, yang membatasi mereka dengan bangsa yang tak bersunat. Bangsa yang tidak disunat, dianggap jauh dari Allah, dan tidak mendapat bagian dari janji-janji Allah. Sedangkan orang-orang Yahudi merasa diri paling dekat dengan Allah dan mendapat bagian dalam janji-janji Allah. Orang-orang tak bersunat disebut kafir. Orang-orang kafir direndahkan, bahkan dianggap anjing (band. Matius 15:26). Orang-orang Yahudi punya kejijikan yang sangat besar terhadap mereka yang dianggap kafir.

Bahkan orang kafir dipandang hanya sebagai ciptaan yang berguna sebagai bahan bakar neraka. Orang Yahudi tidak diperbolehkan membantu seorang ibu kafir yang akan melahirkan, atau menikah dengan orang kafir, atau masuk ke rumah orang kafir, karena dianggap akan membawa kenajisan. Situasi ini menggambarkan Adanya ketidakharmonisan diantara orang Kristen Yahudi dan Non Yahudi, membuat rasul Paulus menuliskan suratnya ini pada jemaat di Efesus. Dimana orang Kristen Yahudi merasa sombong karena mereka adalah umat pilihan Allah dan mereka sangat berpegang pada Taurat dengan segala ketentuannya. Sebaliknya orang Kristen Non Yahudi yang hanyalah hasil cangkokan dan bukan umat pilihan, mereka merasa minder.

Oleh karenanya Rasul Paulus menekankan kepada jemaat : Tetapi sekarang didalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus. Kematian Kristus telah membuat mereka yang “jauh” menjadi “dekat”. Apa yang dilakukan oleh Kristus lewat kematian-Nya?. Kristus telah merobohkan tembok pemisah diantara mereka, yaitu Hukum Taurat dan segala ketentuannya sudah dimusnahkan dalam diri Kristus, sehingga kedua belah pihak sama-sama didamaikan didalam Kristus, dan dipersatukan dalam satu tubuh. Kematian Kristus telah mempersatukan Etnis Yahudi maupun Etnis Non Yahudi. Mereka menjadi anggota-anggota keluarga Allah. Kematian Kristus telah mempersatukan orang percaya dalam Satu tubuh, Satu Keluarga dan Satu bangunan, yang berarti berkaitan erat satu sama lain.

Renungan dan Refleksi.

  1. Budaya adalah Karunia Allah, Kebudayaan menurut Alkitab dapat dilihat dari beberapa aspeknya, yaitu: Allah memberikan manusia ‘tugas kebudayaan’ karena pada dasarnya ‘manusia memiliki gambar seorang pencipta’ (bdk. Invocario, Kej.1:26) dan manusia diberi TUGAS agar ‘menaklukkan dan memerintah bumi’ (Kej.1:28). Jadi, manusia menerima suatu mandat dari Allah dan mandat itu adalah MANDAT kebudayaan. Lebih jelas lagi disebutkan bahwa: “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” (Kej.2:15); di dalam Mazmur 150 kita dapat melihat bahwa TUJUAN kebudayaan yang utama adalah untuk ‘memuliakan dan mengasihi Allah, dan agar kebudayaan itu digunakan untuk melayani dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri’. Didalam adat dan budaya banyak sekali nilai-nilai yang sejalan dengan kehendak Allah yang tetap perlu dijaga dan dipertahankan, namun banyak juga Penyimpangan-penyimpangan didalam praktek adat dan budayai misalnya dalam peristiwa ‘Menara Babel’ dimana tujuan kebudayaan menyimpang diarahkan untuk penyembahan berhala dan kebanggaan diri/kelompok (Kej.11). Tema dosa yang merusak tujuan kebudayaan adalah ‘ingin  menjadi seperti Allah’ (Kej.3:5) dan ‘mencari nama’ (Kej.11:4). Jadi dosa telah menyimpangkan kebudayaan sehingga berpotensi  bukan saja untuk tidak memuliakan penciptanya, sebaliknya malah digunakan untuk alat meninggikan diri dan menantang Allah. Oleh karenanya tugas Gereja dan setiap orang percaya adalah menjadi terang dan menerangi praktek-praktek adat dan budaya.
  1. Kita harus Berpikir Kritis dan santun yaitu, kita akan menguji segala sesuatu dengan tujuan  supaya kita memegang yang baik, melakukannya dalam tindakan-tindakan konkrit dalam pelayanan di gereja. menerima adat dan budaya tanpa  bersifat kritis bisa menjadi penyembahan berhala. Ada kebudayaan yang harus ditolak, tetapi ada juga yang dapat diterima karena tidak bertentangan dengan Alkitab, perlu di ingat apa yang ada di dalam Alkitab juga tidak terlepas dari tradisi di zaman Alkitab tersebut. Beriman bukan dengan mengharuskan kita tinggalkan apa yang ada di dunia tetapi pakailah itu semua menjadi alat untuk memuji Tuhan sebab semua berasal dariNya. Berbudaya bukan menjadikan kita meninggalkan Tuhan dan sebaliknya tetapi segala budaya yang kurang baik  perlu ditinggalkan karena salah dan banyak hal baik perlu dilestarikan. Kemudian jangan membuat kesimpulan kalau kita belum mengerti sebenarnya dua sisi yang dipermasalahkan dan hanya memandang satu sisi saja. Dengan adanya sikap pro dan kontra terhadap adat dan budaya ini menunjukkan bahwa adat dan budaya tidak sepenuhnya benar, tetapi tidak semuanya salah. Karena itulah dianjurkan untuk bersikap selektif dan tetap waspada dalam melakukan acara adat tersebut.

Tetap memupuk kesatuan, kesatuan di dalam gereja, diantara warga jemaat harus lebih kuat dari jenis-jenis persatuan lain di luar, karena di dalam gereja, yang mengikat mereka adalah Kristus. Kehidupan jemaat mesti terus membuktikan bahwa diri mereka adalah bait Allah, tempat Allah berdiam. Artinya, gereja mesti terus-menerus menghadirkan diri sebagai komunitas yang bisa bersatu, saling menerima, membawa damai sejahtera, mengasihi. Sehingga melalui kehidupan dan kesaksian mereka, Kristus diterima dan dipercaya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Gereja harus mewaspadai bentuk-bentuk perusak kesatuan Sadar atau tidak, tembok pemisah antara kita dengan sesama utamanya adalah ego. Ego diri yang terwujud dalam sikap merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci, lebih hebat, lebih berguna dan memandang sesama lebih buruk, lebih rendah, lebih berdosa, lebih lemah, menjadi pemicu tidak adanya harmoni dan kedamaian dengan sesama. Ego etnosentris (kesukuan), yang terwujud dalam sikap fanatisme berlebihan atas suku dan budaya sendiri dan cenderung merendahkan suku dan budaya yang lain menjadi penyebab tidak adanya persatuan dalam masyarakat dan bangsa. Ego keagamaan yang yang nyata melalui sikap permusuhan terhadap agama lain. Daftar ego identitas yang lain dapat ditambahkan. Tetapi itu berarti perlu kerendahan hati untuk mengakui kekurangan diri dan segala kelemahan kita, sehingga kita tidak selalu merasa lebih dan meremehkan sesama, karena hanya akan menjadi tembok pemisah dalam hubungan sosial. Sebagaimana Allah menerima kita, kita pun mesti menerima sesama dengan segala identitasnya. Justru, semakin kita mengasihi Allah, maka semakin kita menerima sesama. Allah menerima kita tanpa membeda-bedakan, maka kita pun mesti menerima sesama tanpa pandang bulu. Kalau kita tidak mampu menerima sesama yang berbeda, itu menjadi bukti bahwa kita bukan warga gereja. Gereja yang sejati mesti inklusif (terbuka)  menerima siapa pun.

Pdt Togu Persadan Munthe

MINGGU 01 OKTOBER 2023, KHOTBAH IBRANI 9:1-8

Invocatio :

“Sebab cinta untuk rumahMu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau menimpa aku.”(Mazmur 69:10)

Ogen :

Hagai 2:1-9 (T)

Tema :

Rumah Doa Adalah Tempat Yang Kudus

Ada penggalan lagu rohani yang syairnya “…Jadikan aku bait suciMu yang kudus dan yang tiada bercela, jadikan aku mezbah doaMu bagi keselamatan bangsaku…” melalui lagu ini kita diajak untuk melihat dan merasakan betapa pentingnya bait suci atau mezbah doa yang sesungguhnya, untuk menyatakan kemuliaan Tuhan di tengah kehidupan. Tentunya hal ini menyangkut kesiapan ‘rumah doa’ yang dalam hal ini keberadaan hidup setiap orang percaya, juga pengadaan dan pemeliharaan fisiknya sebagai tempat persekutuan umat Allah. Keduanya adalah penting untuk bersama-sama terjaga.

Gereja diartikan sebagai diri pribadi setiap umat Tuhan sekaligus juga suatu tempat beribadah dan doa. Di dalam minggu perawatan inventaris gereja, kita memahami tentang pentingnya pertumbuhan iman setiap umat Tuhan melalui pelayanan gereja, agar setiap pribadi yang telah mengalami pertumbuhan iman pun, membuahkan sikap yang mau dan bersedia membangun, merawat, menjaga gereja sebagai bangunannya dan memperhatikan setiap kebutuhannya dalam keadaan baik. Penting sekali terlebih dahulu kita memahami bahwa Rumah Doa Adalah Tempat Yang Kudus. Kekudusan sangat penting dalam persekutuan dengan Tuhan, karena Tuhan adalah Allah yang Kudus. Sehingga kehidupan umatNya dan perjumpaan denganNya juga adalah kudus. Menjaga kekudusan adalah tugas setiap jemaat gereja. Lalu bagaimana kita telah membangun dan merawat gereja saat ini?

Penjelasan Teks

Ibrani 9:1-8 Surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen, sebagai peneguhan iman agar tetap bertahan dalam penderitaan dan tidak berpaling dari Yesus. Penulis surat Ibrani menekankan pentingnya pengenalan yang sungguh akan Yesus, sebagai Imam Yang Agung yang memimpin pada kekudusan hidup dan keselamatan, yang tentunya patut untuk dipercaya/diimani. Tuhan telah menyediakan tempat perjumpaan yang kudus denganNya yang nantinya layak menjadi bagian setiap umat yang setia kepadaNya. Namun, selama kita masih hidup tentunya tempat perjumpaan saat ini, juga harus tetap dijaga agar setiap umat semakin merindukan kehadiran Tuhan dalam hidupnya.

Yesus sebagai imam. Gambaran tugas seorang imam tidaklah asing bagi mereka, karena di dalam tradisi agama Yahudi, seorang imam memiliki peran penting dalam peribadahan. Imam besar digambarkan sebagai wakil umat dihadapan Allah, khususnya dalam hal memberi persembahan dan mengaturkan pelaksanaan juga keperluan peribadahan.

Ay 1-6 Menekankan kembali bagaimana pentingnya tempat perjumpaan dengan Allah yang kudus, dalam ibadah seperti perjanjian yang pertama. Sejak Israel membangun Kemah Suci di zaman Musa sebagai tempat umat berjumpa dengan Allah, semua sudah dirancang dalam inisiatif Allah sendiri dan diaturkan sedemikian rupa. Walaupun bangunan dan perkakasnya buatan manusia, tapi arti kekudusannya penting untuk terus dijaga, karena ibadah melibatkan kehadiran Allah. Sehingga segala sesuatu yang diperlukan untuk peribadahan juga harus diperhatikan. Seperti pada Kemah Perjumpaan, disediakan kaki dian, meja roti sajian, mezmah bakaran, tempat tabut perjanjian, buli-buli berisi manna, tempat tongkat Harus dsb. Ruang-ruang didalamnya pun diaturkan batasnya dan fungsinya yang dibedakan dengan tirai penutup.

Semua ini bertujuan agar umat memahami bahwa setiap hal dalam ibadah, bertujuan untuk merasakan berharganya perjumpaan antara umat dan Allah. Sehingga segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan baik (termasuk hati yang mempersiapkannya dan keperluan pendukung lainnya)

Ay 7-10 Kemah Perjumpaan adalah tempat kudus dan suci. Peribadahan yang dilakukan pun tidak dapat sembarangan dan sekedar saja. Para imam yang bertugas mengaturkannya pun, tidak bisa sesuka hati untuk masuk ke dalamnya. Orang Israel sebagai umat dapat masuk sampai ruangan paling luar dari kemah pertemuan, untuk memberikan persembahan mereka kepada para imam. Seorang imam biasa dapat masuk hingga ruang depan yaitu ruang kudus. Sedangkan yang dapat masuk ke ruang Maha Kudus tempat dimana Allah berkenan hadir, hanya seorang Imam Besar. Itu pun kesempatan sekali dalam setahun.

Batasan-batasan ini punya makna yang dalam. Walaupun bangsa Israel adalah umat pilihan Tuhan, mereka juga tidak serta merta terbebas dari dosa. Seorang Imam Besar pun tidak dapat masuk keruang Maha Kudus tanpa keperluan membawa darah persembahan (ay 7), karena persembahan korban bakaran sebagai lambang penyucian dosa yang sementara bagi dirinya sendiri mau pun bangsa Israel.

Lebih dalam lagi, penulis surat Ibrani ingin memberikan pengertian tentang Kristus sebagai Imam Besar yang akan datang bagi kita semua dalam perjanjian yang baru (ay 11). Yesus Kristus adalah kurban yang Agung sehingga melalui Dia umat menerima pengampunan dan pengudusan yang sempurna. Karena itulah perjumpaan dengan Yesus menjadi istimewa bagi setiap orang percaya. Termasuk dalam ibadah dan tempat perjumpaannya.

Penulis Ibrani menunjukkan bagaimana Bait Allah berguna sebagai tempat beribadah dan perjumpaan yang Kudus. Tetapi semua itu tidak dapat menyucikan diri kita sebagai manusia berdosa. Seperti perbedaan antara membilas dan mencuci piring. Kedua kegiatan itu melibatkan air, tetapi mencuci melibatkan unsur lain, yaitu sabun. Piring yang hanya dibilas mungkin terlihat bersih, tetapi belum layak untuk dipakai. Harus dicuci dulu kemudian dibilas. Analogi itu menggambarkan fungsi Bait Allah dalam peribadahan, menjadikan kita bersih, namun akan menjadi layak jika didalamnya terjadi perjumpaan dengan Yesus yang sungguh.

Ibadah yang dilakukan manusia bisa saja terdapat kekurangan. Pengadaan dan perawatan berbagai sarana dan prasarananya pun pasti ada kelemahannya. Namun itu semua tidak menjadi alasan untuk melakukan ibadah dengan sembarangan. Ibadah yang dikerjakan manusia memang bukan kesempurnaan akhir, karena Yesus Kristus sebagai Imam Besar yang akan menyempurnakannya. Tetapi tetap diperlukan setiap aturan dan ketentuan yang berlaku dalam mendukung berjalannya ibadah, sebagai bukti kesungguhan hati kita percaya dan berbakti kepada Allah.

Hagai 2:1-9 Kitab Hagai merupakan peringatan yang disampaikan kepada seluruh bangsa Yehuda paska pembuangan. Setelah kembali menetap di Yehuda, mereka tidak langsung membangun reruntuhan Bait Allah yang telah dihancurkan saat peperangan. Bertahun-tahun lamanya mereka diam dan tidak memperhatikan pentingnya tempat perjumpaan antara umat dengan Allah, karena sibuk dengan kehidupan masing-masing. Sehingga Nabi Hagai menekankan akan pentingnya Bait Suci sebagai tempat perjumpaan dan wujud kehadiran Tuhan diantara mereka. Tanpa kehidupan iman dan kesungguhan beribadah tentunya mereka kehilangan arti berkat-berkat Tuhan. Padahal kepulangan mereka ke Yehuda dan perjalanan kehidupan mereka adalah pemberian Tuhan. Nabi Hagai memberikan teguran agar kembali mengutamakan ketaatan kepada Tuhan melalui pembangunan Bait Suci.

Walaupun tidak mudah untuk melanjutkan pekerjaan itu, tetapi Hagai memberitakan tentang janji Tuhan, bahwa penyertaan dalam RohNya adalah tetap. Sehingga umat Tuhan tidak perlu takut (ay 5). Dalam kemuliaan dan kuasa Tuhan, segala sesuatu dapat dibaharuiNya. Tuhan menjamini apa yang diperlukan umatNya untuk beribadah kepadaNya karena semesta ini pun adalah kepunyaanNya (ay 6-8). Dalam hal ini kita pun dapat memahami bahwa dalam membangun tempat perjumpaan yang kudus di dalam Tuhan, umatNya harus bersatu hati. Karena tugas yang sesungguhnya bukan hanya untuk membangun fisiknya saja tetapi juga membangun kerinduan akan pentingnya tempat perjumpaan untuk beribadah dan berdoa kepada Tuhan. Dalam kebersamaannya masing-masing dapat meneguhkan kembali panggilan sebagai umat Tuhan.

APLIKASI

Gereja tempat perjumpaan umat dengan Tuhan yang terjadi dan terlihat bagi dunia ini. Sehingga sebagai orang yang percaya kepada Kristus kita adalah anggota gereja yang harus menjaga kesungguhan bakti kepada Tuhan dan meneguhkan semangat pembangunan dalam rumah Tuhan yang kudus. Untuk dapat melakukan peribadahan yang sungguh, tidak dapat dibandingkan atau ditentukan hanya oleh mewahnya perkakas ibadah atau keindahan bangunan gereja yang digunakan. Karena bukan itu yang menentukan kekudusan peribadahan. Melainkan kesungguhan hati dan fokus dalam melaksanakannya dihadapan Tuhan.

Namun sebagai pendukung ibadah yang baik, seluruh keperluannya tetap penting untuk disediakan, dijaga dan dirawat. Diberlakukan aturan dan disiplinnya. Agar setiap kali kita sebagai umat Tuhan berjumpa dalam ibadah, kita semakin merasakan kehadiran Tuhan, tidak sembrono dan memandang sepele arti ibadah. Maka seseorang yang mengerti dan mengalami ibadah yang sungguh, pasti tidak enggan untuk memberi diri memperhatikan segala kebutuhan ibadahnya.

Belajar dari pesan Tuhan melalui jemaat pembaca surat Ibrani juga semangat yang dibangkitkan Hagai bagi umat Tuhan, maka kita pun harus merindukan persekutuan yang indah dengan Tuhan dan sesama umatNya di dalam gereja. Walaupun realitanya masih banyak kendala yang dihadapi dalam pembangunan dan perawatan gereja, misalnya kurangnya SDM yang peduli dan mau ambil bagian, kebutuhan biaya yang cukup besar untuk pengadaan dan perawatan rutin gereja agar layak pakai, tantangan dari keamanan dan kenyamanan gereja, bisa juga karena perpecahan dalam jemaat yang menyulitkan fokus memperhatikan gereja juga tantangan yang datang dari sulitnya izin membangun dan izin beribadah dsb.

Kita percaya, seperti kerinduan Daud akan rumah Tuhan semakin menggebu-gebu terlebih karena begitu banyak musuh-musuh dan tantangan yang dihadapinya (bdk Invocatio), Daud tidak surut dalam kesungguhan hatinya untuk terus percaya akan penyertaan Tuhan. Juga seperti jaminan yang Tuhan janjikan bagi bangsa Yehuda untuk memnangun kembali bait suci, janji itu juga menjadi bagian kita. Tuhan akan menyertai dan tidak akan membiarkan rumahNya yang kudus hancur. Oleh sebab itu bangunlah semangat untuk turut memperhatikan gereja. Karena inilah wadah pertumbuhan iman kita. Amin.

Pdt Deci Kinita Br Sembiring-Rg Studio Alam

MINGGU 17 SEPTEMBER 2023, KHTOBAH FILIPI 1:12-17

Invocatio

: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan (Ams. 4:23).

Ogen

: 1 Raja-raja 11:26-39 (Responsoria)

Tema

: Setiap saat Memberitakan Kabar Baik (Katawari Pe Meritaken Berita Si Meriah)

 

1. Pendahuluan

Minggu ini merupakan minggu yang ke-XV setelah Trinitas, dan minggu ini kita diingatkan kembali mengenai HUT Permata GBKP yang ke 75 tahun. Ulang tahun yang ke-75 merupakan lambang kemuliaan dan keabadian. Kehadiran Permata merupakan tanda kasih setia Allah terhadap kesinambungan gerejaNya di tengah-tengah dunia ini. Umur 75 tahun ini disebut Diamond (berlian). Di umur yang ke 75 ini diharapkan Permata dapat menjadi seperti berlian: semakin bersinar, berharga, dan semakin bernilai. Sifat berlian menggambarkan keteguhan yang diberikan untuk bisa menghadapi berbagai kesulitan hidup, semakin matang dalam mengelola dan menghadapi permasalahan dalam kehidupannya. Bertambah umur semestinya mampu untuk berbuat dan mempersiapkan diri dalam memahami panggilan Tri Tugas Gereja yaitu bersaksi, bersekutu dan melayani begitupula agar permata GBKP dapat mewujudnyatakan kehendak Allah di tengah-tengah gereja, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

2. Pendalaman Teks

Khotbah, Di dalam Kitab Kisah Para Rasul menjelaskan bahwa Filipi merupakan kota yang pertama sekali dikunjungi oleh Rasul Paulus setelah ia menyebrang dari Asia kecil menuju Eropa tenggara (bnd. Kis. 16:11-12). Filipi ini merupakan kota penting di Makedonia dan berada diujung timur dari jalur utama yang dinamakan jalur egnasia. Jalur ini biasanya dipakai oleh para pedagang dan pasukan Romawi untuk membawa barang dan perlengkapan dari wilayah timur. Surat Filipi ini termasuk kelompok surat Paulus yang disebut surat-surat dari penjara yang termasuk diantaranya Efesus, Kolose dan Filemon, karena surat ini ditulis oleh Paulus dari penjara. Dalam perikop ini bercerita tentang kesaksian Paulus dalam penjara dan nasihat supaya tetap berjuang dalam pemberitaan Injil.

Paulus mengetahui keprihatinan jemaat yang ada di Filipi atas dirinya atas pemenjaraan yang dialaminya. Itulah sebabnya, seperti kebanyakan surat yang ditulis Paulus, Rasul ini merasa perlu untuk memberitahukan keadaan dirinya. Paulus pun memberitahukan kabar baik untuk mereka. Di mana Paulus menceritakan tentang pemenjaraannya justru membawa kebaikan untuk kemajuan Injil. Di mana Kristus diberitakan di dalam penjara itu sendiri dan banyak yang percaya kepada Kristus dan bahkan memberikan dorongan yang kuat kepada setiap yang mendengar berita tentang Paulus. Di dalam kehidupan kita pun kalau kita sudah sangat menyayangi seseorang, apapun juga akan rela diberikan bahkan nyawa sekalipun. Inilah sikap Paulus terhadap Injil Yesus Kristus. Demi Injil, ia rela melakukan apa saja dan menderita karena Kristus. Apa pun yang terjadi tidak lagi penting baginya asalkan Kristus yang diberitakan.

Dalam bahasa Yunani prokope (kemajuan) yang dikatakan di dalam ayat 12 itu berasal dari sebuah kata kerja yang semula dipakai untuk seorang perintis yang dengan gigih membuka lahan baru. Pauluslah yang menulis surat Filipi dan jelas ditujukan kepada jemaat Filipi jadi artinya jemaat Filipi merupakan lahan baru bagi Paulus dan kemajuan itu mengalami dua arah. Yang pertama, penahanan Paulus diketahui banyak orang karena pemenjaraan Paulus oleh Kristus dimana banyak orang itu mencakup semua kalangan. Yang kedua, penahanan Paulus justru menjadi sumber dorongan bagi rekan-rekan Kristennya untuk mewartakan Kabar baik itu tanpa ada rasa takut lagi. Berdasarkan ayat ini Paulus tidak membicarakan penderitaan-penderitaannya. Karena dalam kalimat “apa yang terjadi atasku ini” ini sesungguhnya terkandung semua yang dirasakan oleh seorang yang dahulu bebas berkelana untuk memberitakan Injil, sekarang ditahan dan sangat mungkin dirantai siang dan malam. Dengan semua yang dialami justru mengakibatkan kemajuan Injil. Karena Rasul Paulus sangat meng-inginkan jemaat Filipi mengerti sepenuhnya bahwa penderitaan yang ia alami bukan suatu hukuman atas Paulus, tetapi penderitaan itu Tuhan pakai untuk mengabarkan Injil sehingga Injil tersebut mengalami kemajuan.

Ketika Paulus mengatakan kebanyakan saudara dalam Tuhan (ay. 14) sesungguhnya ini lebih mengacu kepada istilah dalam Tuhan yang menggambarkan suasana keyakinan sendiri bukan hanya sebatas sifat dari saudara. Di mana timbulnya keyakinan itu karena pemenjaraan Paulus sendiri yang membawa mereka untuk lebih berani lagi dalam memberitakan firman Allah. Paulus mampu menginspirasi jemaat Filipi dan menyadarkan jemaat Filipi bahwa setiap orang yang sudah percaya dan mau hidup di dalam Kristus harus sadar bahwa hidup atau mati ini semuanya hanya berfokus kepada Kristus. Dampak dari pemenjaraan Paulus tidak hanya dirasakan seluruh pengawal istana (ay.13) tetapi juga orang Kristen pada masa itu turut merasakan dampak dari maksud Tuhan atas hidup Paulus. Karena dengan apa yang dialami Paulus, berdasarkan ayat ini jelas dibuktikan bahwa banyak juga orang Kristen yang berani berkata-kata tentang firman Allah tanpa ada rasa takut. Kepercayaan yang penuh kepada Tuhan memberikan keberanian untuk menyampaikan kebenaran Kabar baik.

Dalam Perikop ini, Paulus memberitakan Kristus dengan sepenuh hati, tetapi ada saja orang yang yang menolak, melawan, dan mengolok-olok Kristus. Pada ayat 15a, 17 dijelaskan memberitakan Injil dengan maksud yang tidak baik. Ayat 15a dikatakan “ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan” dijelaskan bahwa Kristus sudah dikhotbahkan ataupun pesan tentang Kristus yang diberitakan, akan tetapi dibalik kabar baik ini, selalu ada juga cerita yang tidak begitu baik terkait dalam proses pemberitaan yaitu adanya motivasi yang salah atas pemberitaan Kristus itu sendiri. Adanya dengki (orang yang tidak mau melihat orang lain beruntung atau berbahagia (senang melihat orang susah)) dan terjadi perselisihan. Orang-orang yang melakukan itu merupakan orang-orang yang tidak sungguh-sungguh mengasihi Allah. Orang yang memiliki dengki itu adalah mereka yang ingin melawan Paulus karena cemburu atas pengaruh Paulus. Harapan mereka agar Paulus merasa sakit hati ataupun menyadari bahwa Paulus ada saingan, tetapi pada nyatanya sakit hati tersebut tidak pernah ada dalam pikiran Paulus. Memberitakan Kristus atas dasar perselisihan merupakan tindakan yang salah, karena itu bukan untuk memuliakan Tuhan tetapi merujuk kepada kepentingan diri sendiri dan tidak ikhlas (ay. 17). Dengan harapan supaya hukuman Paulus semakin diperberat, akan tetapi nyata tidak.

Pada ayat 15b, 16 dijelaskan “tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik. Mereka ini memberitakan Kristus karena kasih, sebab mereka tahu, bahwa aku ada di sini untuk membela Injil.” Maksud yang baik dalam bahasa Yunaninya adalah eudokian yang artinya adalah dengan kemauan sendiri, bebas, tidak dipaksa. Itu artinya orang-orang itu memberitakan Injil bukan karena ada unsur paksaan dari Paulus, tetapi karena adanya kesadaran sendiri. Hal itu bisa terjadi karena ada dampak yang luar biasa dari apa yang Paulus lakukan terkait dalam hal pemberitaan Injil. Jika dilihat dari ayat 16 yang mengatakan “mereka memberitakan Kristus karena kasih”, Kata kasih tersebut dapat diartikan kasih agape karena adanya rasa persaudaraan yang kuat di antara mereka terhadap Paulus. Kasih yang mereka miliki adalah sebuah kasih yang begitu dalam terhadap Paulus terhadap apa yang Paulus lakukan dalam hal pembelaan Injil. Sehingga mereka juga turut merasa perlu untuk membela berita Injil itu. Kesengsaraan, kesulitan bahkan penganiayaan sekalipun justru menimbulkan ketekunan yang menunjukkan sikap bermegah kepada Tuhan. Paulus menyampaikan bahwa atas segala yang terjadi di dalam hidupnya tidak menjadi masalah atasnya, melainkan kisah hidupnya menjadi alasan untuk jemaat Filipi semakin semangat dalam memberitakan kabar baik.

Bacaan pertama dari 1 Raja-raja berbicara mengenai Yerobeam. Yerobeam ini merupakan seorang pemuda yang sungguh rajin bekerja, seseorang yang peduli terhadap urusannya, menikmati pekerjaannya, dan mengerjakannya dengan segenap kekuatannya. Oleh sebab itulah, Salomo menyerahkan suatu tanggung jawab yang cukup penting kepadanya, menjadikannya penanggung jawab atas dua suku Efraim dan Manasye (setara dengan wakil raja atas kedua daerah tersebut). Dengan tanda sepuluh potong robekan jubah baru nabi Ahia, Yerobeam menerima nubuat bahwa ia akan menjadi raja Israel kelak. Ia akan memimpin sepuluh suku Israel, sementara satu suku yang lain akan dipimpin oleh keturunan Salomo sendiri. Itu pun karena Allah mengingat Daud, ayah Salomo (ayat 31-32, 35-36). Lalu Ahia memberitahukan penyebab terpilihnya Yerobeam menjadi raja, yaitu sebagai hukuman karena Salomo telah jatuh ke dalam penyembahan berhala (33). Hal itu kemudian menjadi bahan peringatan bagi Yerobeam sendiri agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Allah berjanji akan meneguhkan dinasti Yerobeam, jika ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan (38). Dengan demikian terlihat bahwa sosok Salomo yang memiliki kualifikasi yang sangat tinggi, ternyata dinilai tidak sukses di mata Tuhan. Karena kesuksesan berdasarkan sudut pandang Tuhan terjadi bukan karena orang memiliki hikmat saja, melainkan bagaimana ia hidup berhikmat di dalam takut akan Tuhan.

Invocatio dari Amsal 4:23 berbicara mengenai nasihat untuk menjaga hati supaya tidak melukai dan dilukai, begitupula supaya tidak dicemari dosa. Sumber pusat kehidupan berasal dari hati. Hati sangat berperan penting dalam hidup kita. Hati menjadi tempat menyimpan segala sesuatu yang akan dilakukan, apapun yang kita pikirkan semua berasal dari hati terlebih dahulu. Hati ibarat sumber mata air, bila sumbernya kotor, maka kotorlah airnya, namun bila sumbernya bersih, maka bersihlah airnya. Dengan hati yang bersih itulah kita bisa mendekati Allah karena hati kita tidak lagi berisi hal-hal yang jahat tetapi penuh dengan iman yang teguh dan ketulusan. Apapun yang ada dalam hati kita akan terlihat jelas dari cara, gaya dan sikap hidup kita. Dan itu akan sangat menentukan kemana kita akan pergi kelak. Itulah sebabnya selaku anak muda terkhususnya diingatkan untuk menjaga hati dengan segala kewaspadaan.

Melalui ketiga nats ini dapat ditarik intinya bahwa tugas memberitakan kabar baik tidak hanya kalau sudah sekolah pendeta ataupun jadi hamba Tuhan, tetapi itu tugas semua orang yang beriman, yang percaya kepada Tuhan dan takut akan Tuhan. Dengan hati yang tulus beritakanlah kabar baik setiap saat.  

3. Aplikasi

  • Tema : “Setiap Saat Memberitakan Kabar Baik”. Kata setiap saat berarti setiap hari harus siap sedialah. Baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah Kabar Baik tentang kebenaran Firman Tuhan itu dengan segala kesabaran dan pengajaran. Memberitakan kabar baik itu bukan sebuah pilihan, tetapi keharusan bagi setiap orang. Seperti Paulus ketika dia di dalam penjara sekalipun dia tetap memberitakan kabar baik. Panggilan pelayanan Tuhan dalam memberitakan kabar baik dalam hidup kita harus lahir dari dasar hubungan pribadi dengan Tuhan, kemudian disambut dengan kerelaan, iman keberanian, ketabahan, ketekunan menanggung beban pelayanan termasuk segala persiapan yang diperlukan untuk menjadikan panggilan pelayanan yang bertanggung jawab. Gereja mempunyai tugas untuk menyaksikan siapa Tuhannya (Marturia/Bersaksi). Seluruh kehidupan anak Tuhan harus menyaksikan Tuhannya melalui ketaatannya kepada perintah Tuhan. Inilah kesaksian yang harus dinyatakan gereja, mengakui dengan mulut dan perbuatan siapa Tuhannya yang sesungguhnya. Sebagai Ciptaan Tuhan, dalam persekutuan kita dengan Yesus Kristus, diciptakanNya kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik yang telah direncanakan Tuhan, mari kita lakukanlah memberitakan kabar baik itu (Efesus 2:10).
  • Pemuda adalah tonggak penting. Sebagai anak muda (Permata) di gereja harus ikut berperan aktif dalam memberitakan kabar baik. Tokoh Alkitab yang sudah memberitakan kabar baik sejak masa muda nya yaitu Timotius. Timotius ini sejak bayi sudah diajarkan oleh ibu nya tentang tulisan-tulisan kudus (2 Timotius 3:15), dari pengajaran itulah Timotius belajar memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus. Walaupun masih muda, bukan sebagai penghalang bagi anak muda untuk dapat berkarya bagi gereja, anak muda dapat dilatih oleh gereja untuk memulai memegang tanggung jawab dalam melayani dalam pelayanan ibadah gereja, karena anak muda adalah penerus-penerus gereja. Anak muda harus menjadi pelopor tewujudnya “Shalom Allah” di muka bumi ini. Paulus juga mengajarkan bahwa kita harus tetap menjadi teladan bagi orang percaya melalui kasih, tingkah laku, kesetiaan, serta kesucian dalam kristus.

 

Det. Holisane Angela Br Keliat, S.Th-GBKP Perpulungen Cirebon Runggun Tambun

Info Kontak

GBKP Klasis Bekasi - Denpasar
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate

GBKP-KBD